Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis merevisi turun proyeksi laba bersih PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) di 2023. Hal tersebut dilakukan seiring pelemahan laba bersih yang dicetak KLBF di semester I 2023.
Analis Sinarmas Sekuritas Vita Lestari dan Isfhan Helmy memaparkan, meskipun penjualan perseroan tumbuh solid, KLBF mengalami kontraksi marjin laba kotor menjadi 41% di semester I 2023 dibandingkan semester I 2022.
Hal ini disebabkan oleh biaya persediaan yang lebih tinggi yang timbul dari penumpukan perserdiaan menyusul meningkatnya ketidakpastian geopolitik dari tahun lalu. Ini tercermin dari hari persediaan yang meningkat menjadi 150 hari di kuartal II 2023, dari biasanya 100 hari.
“Ke depannya, perusahaan menyatakan rencana mereka untuk meningkatkan rata-rata harga jual (ASP) untuk produk-produk tertentu untuk menstabilkan margin,” tulisnya dalam riset, Selasa (15/8).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Merdeka Copper (MDKA) Usai Cetak Rugi di Semester I-2023
Sementara itu, kinerja pasar internasional berkinerja apik dengan pertumbuhan penjualan 43% secara tahunan (year on year/ YoY) menjadi Rp 925 miliar di semester I 2023. Capaian tersebut berkontribusi sekitar 6% terhadap total penjualan dibandingkan semester I 2022 yang berkontribusi 4,7%.
Kinerja tersebut juga didorong upaya perseroan memperbesar pasar internasional. Perusahaan patungan Kalbe baru-baru ini telah diresmikan di Filipina dan Tiongkok, terutama berfokus pada produk thalassemia dan antibodi monoklonal.
Saat ini KLBF sedang dalam proses penelitian dan pengembangan di Tiongkok. Selain melakukan pembelian/transfer obat, perseroan juga telah membentuk tim untuk mempelajari cara memproduksi obat di Indonesia melalui perjanjian joint venture untuk mendukung kandungan lokal, yang akan memakan waktu sekitar 2-3 tahun.
Dibalik itu, proses-proses tersebut telah mengakibatkan peningkatan yang signifikan pada biaya R&D kuartal II 2023 sebesar 53% secara kuartalan (quarter on quarter/ QoQ) dan 55% YoY, yang juga mengakibatkan peningkatan gaji umum dan administrasi sebesar 12,5% QoQ dan 20,7% YoY.
“Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan laba bersih menjadi Rp 673 miliar di kuartal II 2023, turun 21,3% QoQ dan 16,1% YoY,” jelasnya.
Dari kinerja semester I 2023, Sinarmas Sekuritas menurunkan proyeksi laba bersih KLBF sebesar 4% menjadi Rp 3,33 triliun dari sebelumnya Rp 3,69 triliun.
Analis Bri Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto juga merevisi turun proyeksi laba bersih KLBF sebesar 12,4% dari perkiraan awal di Rp 3,8 triliun. Hal tersebut didorong dari gaya hidup sehat goyah dan kerugian valas yang menekan bottom line.
Baca Juga: Begini Prospek Kinerja Metropolitan Land dan Rekomendasi Saham MTLA
Meski tertekan di jangka pendek, prospek KLBF ke depan masih positif. Natalia memaparkan, KLBF terus meluncurkan produk atau kategori baru, termasuk Roszet dan Erlotinib.
Inisiatif lainnya adalah pembangunan pabrik baru untuk produk alat kesehatan dengan kandungan lokal yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan E-katalog BPJS Kesehatan. Konsolidasi dengan Kalventis juga akan meningkatkan portofolio untuk produk obat berlisensi dan bermerek.
Ia menyebutkan, saat ini kontribusi produk Biologic dan Oncology adalah sekitar 10% dari total pendapatan obat resep KLBF atau 2,6% terhadap pendapatan semester I 2023.
“Namun, dengan semakin banyaknya produk yang ditawarkan, kontribusi tersebut diharapkan dapat meningkat dua kali lipat dari saat ini,” katanya.
Demikian halnya dengan Sinarmas Sekuritas yang meyakini masih banyak potensi bisnis di tahun-tahun berikutnya bagi KLBF.
Selain terus melakukan inovasi produk, akuisisi produk, dan pembentukan perusahaan patungan baru, perseroan juga telah memasuki bisnis rantai dingin dengan Kiat Ananda untuk meningkatkan infrastruktur di masa depan.
“Perseroan akan meningkatkan ASP 3%-5% secara bertahap untuk beberapa produk tertentu di semua segmen,” tambahnya.
Sinarmas Sekuritas menyematkan rating netral untuk KLBF dengan pemangkasan target harga dari Rp 2.300 menjadi Rp 2.040. Sementara BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy KLBF dengan target harga Rp 2.100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News