kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Perbankan Big Caps Masih Menjadi Incaran Asing, Simak Rekomendasinya


Senin, 26 September 2022 / 15:24 WIB
Saham Perbankan Big Caps Masih Menjadi Incaran Asing, Simak Rekomendasinya
Saham perbankan big caps masih jadi incaran asing, simak rekomendasinya


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saham perbankan dengan kapitalisasi pasar besar (big caps) masih menjadi incaran asing.

Dalam sebulan perdagangan, saham perbankan besar seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masih menjadi empat saham teratas yang dikoleksi asing.

BMRI menjadi jawara dengan total net buy mencapai Rp 3,7 triliun dalam sebulan.

Dalam sepekan, saham BMRI juga menjadi jawara klasemen saham yang diburu asing. Saham emiten pelat merah ini mencatatkan net buy senilai Rp 498,6 miliar.

Baca Juga: TLKM, BBCA dan ASII Teratas, Cek Saham-saham yang Banyak Dijual Asing Kemarin

Head of Business Development FAC Sekuritas Kenji Putera Tjahaja  menyebut, masuknya dana asing ke saham perbankan besar tentu tidak terlepas dari kinerja yang baik dari emiten-emiten tersebut.

Hal ini menjadi modal bagi asing untuk masuk ke saham-saham ini pada kuartal keempat 2022. Di sisi lain, periode window dressing yang biasanya terjadi di akhir tahun dapat menjadi sentimen pengerek harga-harga saham perbankan big caps.

Saham bank besar pun belum kehilangan pesonanya. Ke depan, Kenji meyakini apabila secara harga menarik untuk re-entry, saham perbankan big caps menarik untuk dilakukan akumulasi beli.

“Apalagi oleh asing untuk mid-long term mereka secara tahunan,” terang Kenji kepada Kontan.co.id, Senin (26/9).

Baca Juga: Asing Banyak Memborong Saham-saham Big Cap Ini Saat IHSG Menguat Tipis, Selasa (20/9)

Selain saham perbankan, saham emiten berbasis komoditas juga ikut menjadi buruan asing. Sebut saja PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Head of Investment Information Mirae Roger MM mengatakan, hingga semester pertama 2022, sektor perbankan dan energi khususnya batubara mampu mencetak kenaikan laba signifikan.  Hal ini yang membuat asing tertarik mengoleksi saham-saham tersebut.

Ke depan, Roger menilai sektor perbankan masih menarik asing. Hal ini dipicu salah satunya kenaikan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dan optimisme kenaikan pertumbuhan kredit hingga doble digit.

“Sedangkan untuk batubara masih menghadapi tantangan penurunan harga komoditas efek dari kenaikan suku bunga, perkembangan konflik Eropa, serta pemberlakuan royalti,” kata Roger saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/9).

Menurut Kenji, saham bank big caps yang masih cukup menarik untuk dilirik pelaku pasar seperti BBRI dengan target terdekat masih di area Rp 4.710, BBCA dengan taget harga area Rp 8.700, dan BMRI dengan target terdekat Rp 9.500.

Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo menilai, kenaikan suku bunga akan berdampak positif bagi profitabilitas bank. Bank dengan likuiditas yang cukup, permodalan yang kuat, pinjaman yang prudent, dan memiliki strategi pemberian pinjaman yang tepat akan berkinerja relatif lebih baik.

Handiman cenderung memilih bank-bank besar dengan rekam jejak yang kuat dari sisi ketahanan pendapatan dan pertumbuhan profitabilitas. Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rating overweight di sektor perbankan dengan BBRI, BMRI, dan BBCA sebagai pilihan utama.

Baca Juga: Cek Saham-saham yang Paling Banyak Dikoleksi Asing Pekan Lalu

Handiman merekomendasikan hold saham BBCA dengan target harga Rp 9.000, beli saham BBRI dengan target harga Rp 6.100, dan beli saham BBNI dengan target harga Rp 10.900.

“Kami sedikit menurunkan rekomendasi pada saham BMRI dari Buy menjadi Trading Buy karena reli harga saham yang terjadi baru-baru ini,” terang Handiman. Target harga yang dipasang untuk BMRI yakni Rp 11.000.

Namun, risiko utama dari rekomendasi ini diantaranya kualitas aset yang memburuk, pertumbuhan kredit yang lebih lambat, volatilitas nilai tukar, dan inflasi yang tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×