Reporter: Yoliawan H | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham-saham konstruksi dalam satu bulan terakhir dalam tren melemah. Saham-saham konstruksi BUMN seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT PP Tbk (PTPP) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga masih turun.
Dalam sebulan terakhir, hingga penutupan perdagangan hari ini, Senin (1/10) saham WIKA tercatat sudah turun 6,45%. Sementara itu, saham WSKT turun 5,01%, PTPP melemah 16,58%, dan ADHI melemah 5,37%.
Dennies Christoper Jordan, analis Artha Sekuritas mengatakan, saat ini memang sedang terjadi perlambatan di sektor konstruksi. Hal ini disebabkan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
“Selain itu, meski PPh impor sektor konstruksi tidak mengalami kenaikan tarif, namun jumlah impor di sektor ini dikurangi oleh pemerintah,” ujar Dennies kepada Kontan.co.id, Senin (1/10).
Menurutnya, memasuki tahun politik ini, ada beberapa hal yang akan mempengaruhi sektor konstruksi. Maklum, biasanya selama masa kampanye selama tujuh bulan, timbul ketidakpastian di pasar. Alhasil, investor asing akan cenderung wait and see dan menahan laju proyek konstruksi baru.
“Hal ini tercermin dari pencapaian kontrak baru perusahaan kontruksi yang masih cukup jauh dari target,” ujarnya.
Hingga Juli 2018, jumlah kontrak baru WIKA sebesar Rp 23,4 triliun, atau baru 40% dari target kontrak baru perusahaan di sepanjang tahun 2018 ini. Hal ini membuat WIKA merevisi target kontrak baru menjadi Rp 58 triliun dari sebelumnya Rp 54 triliun di sepanjang tahun 2018.
Dennies juga bilang, saat ini belum ada sentimen positif yang akan mendorong kenaikan harga dari sektor konstuksi. “Kalau secara teknikal ada potensi untuk rebound dalam jangka pendek,” ujarnya.
Senada, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, sentimen pelemahan rupiah memang mempengaruhi sektor konstruksi lantaran masih banyak bahan baku yang perlu diimpor.
“Namun secara teknikal, sektor konstruksi sudah mulai memasuki tren positif dalam jangka pendek hingga jangka menengah,” ujar Nafan.
Menurut Nafan dari rasio valuasi, saham konstruksi sudah masuk kategori murah. Tercatat price to equity ratio (PER) ADHI sebesar 11,8 kali, PER PTPP 9,9 kali dan PER WIKA 12 kali, yang masih cenderung murah.
Nafan sendiri merekomendasikan untuk masuk ke saham ADHI dengan target harga Rp 1.450 per saham dan WIKA dengan target harga Rp 2.220 per saham. Sedangkan untuk PTPP masih wait and see.
Dennies pun melihat saham-saham konstruksi ini masih ada potensi untuk rebound secara teknikal dalam jangka pendek. “Sementara fluktuasi masih bisa dimanfaatkan untuk trading harian. Namun untuk jangka panjang sebaiknya wait and see,” ujar Dennies.
Adapun saham yang bisa diperhatikan jangka pendek ini menurut Dennies adalah WIKA dengan prediksi pergerakan support di level Rp 1.360 per saham dan resistance Rp 1.450 per saham. WSKT support Rp 1.690 per saham dan resistance Rp 1.830 per saham. WSBP di level support Rp 360 per saham dan resistance Rp 378 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News