Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
Liza mencermati, saham teknologi memimpin penguatan. Ini didukung sentimen positif atas Apple yang dilaporkan mempertimbangkan kenaikan harga iPhone tanpa menyalahkan tarif.
"Saham energi seperti Chevron dan Exxon Mobil juga terangkat, seiring harga minyak Brent sempat memanas dan proyeksi ekonomi China turut terdongkrak karena kesepakatan ini," katanya.
Sebaliknya, saham farmasi seperti Pfizer, Eli Lilly, dan Johnson & Johnson justru terkoreksi setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan memangkas harga obat resep sebesar 59%.
Baca Juga: AS dan China Sepakat Turunkan Tarif Impor 90 Hari ke Depan, Begini Respons Pasar
Pengamat Pasar Modal Hans Kwee menambahkan kesepakatan dagang AS Inggris menjadi salah satu katalis positif pasar keuangan dan timbul harapan Percepatan Negosiasi dagang, terutama dengan China.
"Investor global mulai menarik dana dari pasar AS dan memindahkan ke pasar Asia sebagian respons ketidakpastian kebijakan tarif Trump. Ini mungkin akan berubah pasca kesepakatan AS dan negara mitra dagang lainnya," ucap Hans.
Menurut Hans, di tengah mengurangnya tensi dagang antara China-AS, investor global akan mulai memburu saham-saham teknologi, mobil listrik, pesawat dan perusahaan yang berhubungan dengan komoditas kedelai.
Baca Juga: Harga Emas Merosot 3% Senin (12/5), Setelah AS-China Sepakat Pangkas TarifInvestment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila menimpali, saham-saham teknologi masih akan menjadi incaran investor global untuk bursa saham di Negeri Paman Sam.
"Sedangkan untuk bursa Asia, investor bisa dan akan memantau saham-saham di sektor energi dan perbankan," katanya.
Selanjutnya: Saham Disuspen Sejak Awal Tahun 2025, Kapan JTrust Bank Penuhi Aturan Free Float?
Menarik Dibaca: Kambing vs Sapi, Lebih Berlemak Mana? Ini Resep Gule Kambing Tanpa Santan yang Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News