Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, rencana rights issue emiten itu kemungkinan besar sulit direalisasikan. Sebab, kendalanya bagi BTN adalah jika emiten itu melakukan rights issue perlu melalui PMN (Penyertaan Modal Negara) karena bagian dari Bank BUMN.
Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Rahmi Sari Marina menilai rencana BBTN untuk melakukan rights issue di tahun 2020 tertunda akibat pemerintah tidak ada memasukkan BTN ke dalam daftar penanaman modalnya. Maka, penerbitan subdebt menjadi kunci untuk menopang CAR Bank Tabungan Negara di atas level minimum.
Baca Juga: Dana nasabah sebanyak Rp 58,95 miliar dibobol orang dalam, begini penjelasan Bank BNI
Menurut Rahmi, dampak terbesar dari penundaan rights issue BBTN adalah tingginya credit cost bank tersebut dan berdampak pada penekanan laba BTN. Namun, Rahmi memproyeksi dengan modal tambahan sekitar Rp 5 triliun, BTN dapat bertahan dengan implementasi PSAK 71.
Ketiga analis tersebut senada menyarankan BTN merealisasikan aksi korporasi yang direncanakan emiten itu guna menambah modal bisnisnya. Jika rencana rights issue agak tersendat, ketiga analis itu menyarankan melakukan penerbitan subdebt terlebih dahulu, kemudian sekuritisasi aset, baru rights issue.
Suria merekomendasi beli saham BBTN karena valuasi yang murah, dengan target harga Rp 2.850. Sebastian merekomendasi beli dengan target harga Rp 2.600. Sedangkan Rahmi menyarankan hold dengan target harga Rp 2.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News