Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Noverius Laoli
Menurut Suria, langkah yang harus dilakukan BBTN untuk menumbuhkan CAR-nya adalah dengan menambahkan modal perusahaan. Ia menilai, aksi korporasi yang direncanakan BBTN sudah tepat karena itu yang memang diperlukan bank tersebut.
Berdasarkan catatan Kontan, BBTN berencana melakukan sejumlah aksi korporasi dalam rangka menyiapkan implementasi PSAK 71. Demi mempersiapkan cadangan kerugian kredit, BBTN berencana menerbitkan surat utang berupa subdebt, sekuritisasi aset, pendirian anak usaha, dan rights issue tahun 2020.
Baca Juga: Orang dalam bobol dana nasabah Rp 58,95 miliar, BNI: Masyarakat jangan cemas
Aksi korporasi tersebut ditujukan untuk penambahan modal usaha Bank Tabungan Negara. Seperti subdebt, melalui penerbitan junior global bond senilai US$ 250 juta yang akan dieksekusi di awal tahun 2020. Serta penerbitan sukuk dengan kisaran dana Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun.
Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing juga mengungkapkan saham BBTN tertekan karena ketatnya likuiditas perbankan. Dari segi NIM turun dan akibatnya likuiditas bank menjadi ketat.
"Kalau likuiditas sulit, bank seperti BTN yang tidak memiliki funding franchise juga mengalami penurunan kinerja. Jadi, kinerja BTN jelek karena terdampak oleh situasi makro," papar Sebastian.
Sebastian menambahkan apalagi jika labanya sulit untuk tumbuh maka investor makin malas untuk melirik BBTN.