kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.561.000   59.000   2,36%
  • USD/IDR 16.802   8,00   0,05%
  • IDX 8.585   -61,06   -0,71%
  • KOMPAS100 1.186   -11,81   -0,99%
  • LQ45 849   -10,77   -1,25%
  • ISSI 307   -1,83   -0,59%
  • IDX30 437   -3,43   -0,78%
  • IDXHIDIV20 510   -2,95   -0,57%
  • IDX80 133   -1,59   -1,18%
  • IDXV30 138   -0,57   -0,42%
  • IDXQ30 140   -0,82   -0,59%

Terkait Perubahan Metodologi MSCI di Tahun 2026, KSEI Siap Salurkan Data ke BEI


Selasa, 23 Desember 2025 / 20:15 WIB
Terkait Perubahan Metodologi MSCI di Tahun 2026, KSEI Siap Salurkan Data ke BEI
ILUSTRASI. KSEI tegaskan perannya dukung BEI terkait perubahan metodologi free float MSCI 2026. BEI temui MSCI di New York bahas usulan ini


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

Baca Juga: Lepas Aset Fiber Optik, Indosat (ISAT) Gaet Arsari Group dan Northstar KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyampaikan perannya terkait perubahan metodologi Morgan Stanley Capital International (MSCI) di tahun 2026.

Asal tahu saja, MSCI tengah meminta pertimbangan dari pelaku pasar terkait penggunaan laporan komposisi kepemilikan bulanan (Monthly Holding Composition Report) yang diterbitkan KSEI sebagai sumber tambahan dalam menghitung porsi free float untuk saham-saham Indonesia.

Direktur Utama KSEI, Samsul Hidayat mengatakan, secara teknis, institusi yang berhak mengeluarkan kalkulasi free float adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).

KSEI akan memberikan dukungan jika ada keperluan terkait data-data untuk BEI melakukan kalkulasi free float di pasar modal Indonesia. 

Dalam konteks free float, Samsul menegaskan, pihaknya hanya mengalirkan data ke BEI dan KSEI tidak ada hubungannya sama sekali terkait teknis penghitungannya.

Baca Juga: Pertumbuhan Investor di Tahun 2026 Tak Berdampak ke Nilai Transaksi Harian Bursa

“Nanti (SRO) akan berkomunikasi sama MSCI dan MSCI akan melihat data-data dari BEI,” ujarnya dalam media gathering KSEI, Selasa (23/12).

Dalam catatan Kontan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan telah bertemu langsung dengan pimpinan penyedia indeks MSCI di New York, Amerika Serikat (AS). Pertemuan itu diwakili Direktur Utama BEI, Iman Rachman, yang ditemani bersama jajaran self regulatory officer (SRO) lainnya. 

Sebelum terbang ke New York, BEI juga telah mengirimkan surat ke MSCI untuk menyampaikan pertimbangan penting terkait wacana tersebut. 

“Kami juga dengar dari banyak pelaku, asosiasi juga sudah menyampaikan concern,” ujar Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu (17/12/2025) lalu.

BEI sendiri menghormati kewenangan dari penyedia indeks MSCI. Namun, BEI meminta agar wacana MSCI itu tidak diskriminatif dan juga berlaku universal ke sejumlah indeks global negara lain 

Di sisi lain, BEI juga ingin mendengar apa saja pertimbangan dari MSCI terkait wacana tersebut, khususnya terkait free float emiten. 

Menurut Jeffrey, Bursa Indonesia sudah menerapkan kriteria free float yang lebih ketat dibandingkan dengan beberapa bursa negara lain. 

Misalnya, di Indonesia, kepemilikan saham di atas 5% oleh satu pihak sudah tak dihitung dalam formula free float. Bursa di negara lain yang menggunakan ketentuan seperti itu adalah London Stock Exchange dan Stock Exchange of Thailand (SET). 

Sementara di sejumlah bursa lain, kepemilikan saham di atas 10% oleh satu pihak masih masuk penghitungan formula free float. Jeffrey pun mencontohkan, Bursa Malaysia, Filipina, dan Jepang lebih longgar daripada peraturan Indonesia. 

Baca Juga: Jelang Libur Natal, IHSG Diperkirakan Melemah pada Rabu (24/12)

“Kami belum tahu keputusannya. Kami juga menawarkan apa yang bisa kami sampaikan, data yang bisa kami berikan, supaya MSCI lebih percaya diri dengan data yang ada di Indonesia” ungkapnya. 

Asal tahu saja, berdasarkan dokumen resmi MSCI, perusahaan asal Indonesia umumnya mengungkapkan pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih dari total saham dalam laporan kepemilikan mereka. 

Sementara data KSEI melaporkan kepemilikan di bawah di bawah 5% dan memberikan klasifikasi pemegang saham sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih rinci terkait pemegang saham.  

Meski begitu, MSCI menegaskan, laporan KSEI tidak dapat digunakan secara independen dalam memperkirakan free float, karena data tersebut tidak mengidentifikasi pemegang saham individual dalam setiap kategori. Sebagai contoh, KSEI hanya menampilkan total kepemilikan di bawah kategori 'Korporasi' tanpa menyebutkan nama pemegang saham spesifik. 

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Teknikal Saham SUPA, SMBR, dan INDY untuk Rabu (24/12)

Selain mengusulkan Laporan Komposisi Kepemilikan KSEI dijadikan referensi, MSCI juga mengusulkan free float untuk saham-saham Indonesia akan dihitung berdasarkan nilai yang lebih rendah dari dua metode, yaitu:  

Pertama, free float yang dihitung dari data kepemilikan yang dilaporkan dalam keterbukaan informasi, laporan dan siaran pers, sesuai dengan metodologi MSCI Free Float Data.  

Kedua, free float yang diestimasi dari laporan KSEI, dengan mengklasifikasikan seluruh saham script atau tidak tercatat di data KSEI dan kepemilikan korporasi (lokal dan asing) serta kategori others (lokal dan asing) sebagai non free float.  

Alternatif lain, MSCI mengusulkan estimasi free float berdasarkan data KSEI, yakni dengan mengklasifikasikan saham script dan kepemilikan 'korporasi' (tanpa menghitung others) sebagai non–free float. 

Selanjutnya: 5 Manfaat Americano untuk Kecantikan Kulit, Atasi Jerawat hingga Mata Panda!

Menarik Dibaca: 5 Manfaat Americano untuk Kecantikan Kulit, Atasi Jerawat hingga Mata Panda!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×