Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham Asia melemah pada hari Jumat sementara dolar menguat setelah harga konsumen AS meningkat lebih dari yang diperkirakan, memperkuat alasan bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Indeks MSCI yang terdiri dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,94% pada hari Jumat. Indeks ini berada di jalur penurunan persentase satu hari terbesar dalam seminggu, setelah kemarin mencapai level tertinggi dalam tiga pekan.
Penurunan pada saham Tiongkok sangat besar setelah data pada hari sebelumnya menunjukkan harga konsumen Tiongkok datar pada bulan September. Sementara harga di tingkat pabrik menyusut lebih lambat, yang menunjukkan tekanan deflasi masih berlanjut.
Indeks saham blue-chip Tiongkok CSI300 turun 0,80%, sedangkan Indeks Hang Seng merosot 1,5% pada perdagangan pagi hari.
Sebaliknya, Nikkei Jepang melemah 0,13%, sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia kehilangan 0,25%.
Baca Juga: IHSG Menguat, Cek Rekomendasi 6 Saham Untuk Jumat (13/10)
Kenaikan harga konsumen AS pada bulan September mengandung lonjakan mengejutkan dalam biaya sewa dan para pedagang kini melihat peluang yang lebih besar bagi The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga tahun ini.
Kontrak berjangka yang disesuaikan dengan suku bunga kebijakan Fed mencerminkan kemungkinan 40% kenaikan suku bunga di bulan Desember, dibandingkan dengan peluang 28% yang terlihat sebelum laporan inflasi.
Ryan Brandham, kepala pasar modal global, Amerika Utara di Validus Risk Management, mengatakan data CPI menyoroti tantangan yang akan dihadapi The Fed untuk menurunkan inflasi ke target 2%.
“Pelemahan pasar tenaga kerja adalah kunci bagi The Fed untuk mencapai tujuannya mengembalikan inflasi ke targetnya, dan para pemimpin yang menyerukan setidaknya kenaikan suku bunga lagi akan didukung berdasarkan angka-angka ini,” kata Brandham kepada Reuters.
Baca Juga: Dibuka Naik, IHSG Menguat 6 Hari Perdagangan Beruntun Hingga Jumat (13/10)
Laporan inflasi serta buruknya permintaan lelang obligasi 30 tahun AS membuat imbal hasil Treasury naik pada hari Kamis.
Pada jam perdagangan Asia pada hari Jumat, imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun turun 3,7 basis poin menjadi 4,674%. Yield masih jauh lebih tinggi dari level terendah dua minggu di 4,53% yang dicapai sehari sebelumnya.
Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah pada minggu ini juga memastikan suasana pasar tetap berhati-hati.
Investor selanjutnya akan fokus pada pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang akan menyampaikan pidatonya pada 19 Oktober, tepat sebelum periode blackout bank sentral AS dimulai menjelang keputusan suku bunga berikutnya. The Fed selanjutnya akan mengadakan pertemuan pada 31 Oktober-November. 1.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Indeks IDX High Dividend 20 Jelang Musim Dividen Interim
Sentimen risk-off juga terjadi di pasar mata uang, dengan dolar mempertahankan kenaikan semalam. Terhadap sejumlah mata uang, dolar berada di 106,47, setelah naik 0,8% semalam.
Euro naik 0,13% menjadi US$ 1,054. Sementara sterling berada di US$ 1,2193, naik 0,16% hari ini. Kenaikan dolar kembali menempatkan yen Jepang di bawah tekanan, dengan yen berada di level 149,82 per dolar.
Harga emas naik tipis pada hari Jumat tetapi tetap di bawah level tertinggi dua minggu yang dicapai pada sesi sebelumnya. Harga emas di pasar spot bertambah 0,2% menjadi US$ 1.872,17 per ons troi.
Harga minyak naik pada hari Jumat setelah AS memperketat program sanksi terhadap ekspor minyak mentah Rusia, sehingga meningkatkan kekhawatiran pasokan di pasar yang sudah ketat. Minyak mentah AS naik 0,63% menjadi US$ 83,43 per barel dan Brent berada di US$ 86,33, naik 0,38% hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News