Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pergerakan rupiah cenderung melemah di pengujung tahun 2015. Minimnya sentimen internal membuat rupiah tak kuasa menahan gempuran dollar AS.
Di pasar Spot, Kamis pukul 12.15 WIB, rupiah menguat tipis 0,03% ke level Rp 13.784 per dollar AS. Namun dalam sepekan terakhir, rupiah telah tergerus 0,98%.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk mengatakan, dalam sebulan terakhir pergerakan rupiah memang cukup signifikan. "Menjelang rapat FOMC, rupiah sempat menyentuh Rp 14.000 per dollar AS namun akhirnya kembali menguat tajam ke Rp 13.600 per dollar AS," ujarnya
Dari dalam negeri belum ada publikasi data ekonomi yang dapat menggerakkan rupiah. Di sisi lain, data - data ekonomi AS yang dirilis dalam sepekan terakhir menunjukkan hasil yang cenderung positif. Klaim pengangguran AS pekan lalu mengalami penurunan sedangkan tingkat kepercayaan konsumen membaik.
Padahal, secara fundamental Rully menilai rupiah sudah cukup kuat. Apalagi, komentar dari para pejabat BI terkait kondisi ekonomi dalam negeri lebih positif. Hal ini bisa menjaga rupiah tetap bergerak stabil. Sayangnya, pergerakan rupiah dalam sepekan terakhir didorong oleh faktor non fundamental.
Sepekan ke depan, rupiah menanti data inflasi dalam negeri bulan Desember 2015 yang diperkirakan melemah. Di samping itu, ada kemungkinan BI menurunkan tingkat suku bunga di bulan Januari 2016. "Pergerakan rupiah akan melihat sinyal BI seperti apa," imbuh Rully.
Sementara dari eksternal, data penambahan tenaga kerja AS secara bulanan akan menjadi fokus perhatian pasar. Jika data positif, rupiah akan kembali tertekan mengingat penambahan tenaga kerja menjadi salah satu indikator The Fed dalam menaikkan suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News