Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Permintaan USD yang semakin meningkat mendekati akhir bulan serta sajian data ekonomi Amerika Serikat yang mengilap jadi pemicu tertekannya rupiah di perdagangan hari ini.
Di pasar spot, Rabu (30/12) nilai tukar rupiah merosot 0,66% ke level Rp 13.788 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia valuasi rupiah justru menukik lebih signifikan 0,99% di level Rp 13.794 per dollar AS.
Menurut pemaparan Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, pelemahan rupiah akibat tingginya tekanan dari internal dan eksternal. Untuk internal sendiri meski minim dukungan dari indikator ekonomi namun likuiditas permintaan USD cukup tinggi.
“Pasalnya, tenggat akhir bulan tetap mengintai mulai dari untuk impor maupun pembayaran utang luar negeri,” tutur Josua. Serta sepinya aktivitas pelaku pasar membuat rupiah tidak banyak terbantu aktivitas teknikal pelaku pasar.
Sedangkan dari sisi eksternal, sajian indikator ekonomi Amerika Serikat yang memuaskan jadi penyebab pelemahan rupiah. Teranyar, data neraca perdagangan barang AS November 2015 lebih baik dari prediksi yakni defisit US$ 60,5 miliar dari prediksi defisit US$ 60,9 miliar.
Lalu data perubahan penjualan barang dan jasa pada warga lajang di 20 area metropolitan AS tumbuh menjadi 5,5% dari sebelumnya 5,4%. Terakhir data CB consumer index pun naik dari 92,6 ke level 96,5. “Semua data tersebut mendukung penguatan USD,” kata Josua.
Tidak heran hingga Rabu (30/12) pukul 16.15 WIB index USD sudah merangkak 0,04% ke level 98,14 dibanding hari sebelumnya. Hal ini menyebabkan terkaparnya mata uang yang berlawanan dengan USD termasuk rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News