Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Komentar para pejabat Bank Sentral AS (The Fed) menenggelamkan nilai tukar rupiah di akhir pekan lalu. Namun, pada awal pekan ini ada harapan penguatan rupiah di hadapan dollar AS dengan dukungan data internal.
Di Pasar Spot, Jumat (13/11) nilai tukar rupiah tergerus 0,65% dari sehari sebelumnya menjadi Rp 13.685 per dollar AS. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah melemah 0,4% ke level Rp 13.633 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah seiring dengan komentar para pejabat The Fed yang mendukung kenaikan suku bunga bulan Desember. Padahal sehari sebelumnya rupiah sempat menguat tipis lantaran Gubernur The Fed Janet Yellen tidak menyinggung masalah suku bunga dalam pidatonya.
Dalam dalam negeri sebenarnya ada sentimen positif dari data current account deficit (CAD) kuartal III-2015 sebesar US$ 4 miliar atau 1,86% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih baik dari CAD kuartal sebelumnya sebesar US$ 4,2 miliar atau 1,95% PDB. “Sayangnya data tersebut dirilis setelah penutupan perdagangan sehingga belum sempat direspon pasar,” ujar Josua.
Sementara di awal pekan ini, pergerakan rupiah menunggu sokongan dari data trade balance yang diperkirakan surplus.
Meski demikian, pergerakan rupiah tak lepas dari sentimen eksternal dari data ekonomi AS yakni penjualan ritel dan inflasi produsen Jumat malam. Data penjualan ritel AS bulan Oktober sebesar 0,1% berada di bawah proyeksi 0,3%.
Sementara inflasi produsen minus 0,4% hanya naik tipis dari sebelumnya minus 0,5% serta jauh berada di bawah proyeksi sebesar 0,2%. Dengan data negatif tersebut, Josua menduga dollar AS akan melemah dan menjadi peluang menguatnya rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News