kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Melemah Tipis dalam Sepekan, Simak Sentimen Penggeraknya


Jumat, 15 Maret 2024 / 18:07 WIB
Rupiah Melemah Tipis dalam Sepekan, Simak Sentimen Penggeraknya
ILUSTRASI. Teller menghitung uang di Bank Mega, Jakarta, Selasa (12/3/2024). KONTAN/Baihaki/12/03/2024


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,12% atau 19 poin ke level Rp 15.599 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (15/3). Dalam sepekan, rupiah melemah 0,06% dari penutupan pekan lalu di Rp 15.590 per dolar per dolar AS.  

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen dari luar yang membuat rupiah melemahnya dalam sepekan yaitu, karena data indeks harga produsen lebih kuat dari perkiraan untuk bulan Februari 2024.

Angka tersebut muncul setelah data indeks harga konsumen yang lebih kuat dari perkiraan yang dirilis awal pekan ini, yang juga menunjukkan inflasi semakin menjauh dari target tahunan Federal Reserve sebesar 2%. 

"Angka inflasi yang lebih tinggi terjadi tepat sebelum pertemuan Fed minggu depan, di mana bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah," kata ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (15/3).

Baca Juga: Loyo, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.624 Per Dolar AS Pada Jumat (15/3)

Kendati begitu, menurut dia, The Fed kini berpotensi menawarkan sikap yang lebih hawkish terhadap suku bunga, mengingat pihaknya telah berulang kali mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga apa pun pada tahun 2024 sebagian besar akan ditentukan oleh jalur inflasi.

Sementara itu, Bank of Japan (BOJ) berpotensi menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir 17 tahun pada minggu depan, terutama karena inflasi Jepang masih stagnan pada bulan Februari.

Sementara negosiasi upah Jepang baru-baru ini menunjukkan kenaikan besar-besaran pada tahun 2024.Kedua faktor tersebut merupakan pertimbangan utama BOJ dalam melakukan pengetatan kebijakan.

Sedangkan untuk sentimen dalam negeri, datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 mengalami surplus US$ 0,87 miliar.

Namun, secara kumulatif, neraca perdagangan mencapai US$ 2,87 miliar dolar. Walaupun terjadi surplus, tetapi NPI mengalami penurunan US$ 6,42 miliar dibandingkan periode yang sama Januari-Februari 2023. 

"Adapun untuk surplus neraca perdagangan Indonesia Februari 2024 terutama berasal dari sektor nonmigas US$ 2,63 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$ 1,76 miliar," kata Ibrahim

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa nilai ekspor nasional pada Februari 2024 juga mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor Indonesia turun menjadi US$ 19,31 miliar atau 5,79% (month-to-month/MtM) dibandingkan Januari 2024. Ekspor migas tercatat US$ 1,22 miliar atau turun 12,93%, dan nilai ekspor non migas turun 5,72% menjadi US$ 18.09 miliar.

Baca Juga: Tertekan, Rupiah Spot Ditutup Melemah Rp 15.599 Per Dolar AS Pada Hari Ini (15/3)

"Sementara itu,  untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.570 - Rp 15.660," tandasnya.

Selaras dengan hal ini, Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, sentimen yang membuat rupiah dalam sepekan ini melemah yaitu, karena serangkaian data ekonomi terutama inflasi AS terbaru dirilis meningkat menjadi 3,2% secara year on year (YoY) pada Februari 2024, lebih tinggi dibandingkan perkiraan pasar sebesar 3,1% YoY karena adanya kenaikan harga pangan dan energi.

Begitu pula untuk inflasi inti meningkat sebesar 3,8% YoY pada Februari 2024, di atas konsensus sebesar 3,7% YoY. Selain itu, rilis data sektor tenaga kerja AS pekan lalu juga menunjukkan tingkat pengangguran yang meningkat menjadi sebesar 3,9% pada Februari 2024, lebih tinggi dari perkiraan pasar dan bulan Januari 2024 yang sebesar 3,7%.

Sementara itu, terdapat sedikit kenaikan pada NFP (non-farm payrolls) AS dengan penambahan sebesar 275 ribu pada Februari 2024 seiring meningkatnya pekerjaan pada sektor kesehatan.

Sedangkan sentimen dalam negeri, Lukman bilang, datang dari data penjual ritel Indonesia yang lebih baik mendukung rupiah. Namun data perdagangan yang dirilis Jumat (15/3) jauh lebih lemah dari perkiraan menekan rupiah.

"Rupiah diperkirakan masih berpotensi tertekan menjelang pertemuan FOMC. Dari internal, investor menantikan hasil dari rapat dewan gubernur BI," ujarnya.

Lukman pun memprediksi, rupiah pada pekan depan berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.500 - Rp 15.800 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×