Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID. – JAKARTA. Rupiah bergerak datar dengan kecenderungan menguat di perdagangan pekan ini. Prospek penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang masih jauh membatasi pergerakan mata uang garuda.
Mengutip Bloomberg, Jumat (23/2), rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.589 per dolar AS. Meski melemah 0,05% secara harian, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau menguat 0,17% secara mingguan.
Selaras, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) mampu menguat ke posisi Rp 15.589 per dolar AS. Secara harian rupiah Jisdor terpantau menguat sekitar 0,26% terhadap dolar dan menguat 0,41% secara mingguan.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah di sepanjang pekan ini cenderung bergerak datar (sideways) di tengah meningkatnya sentimen risk-on pada pertengahan pekan lalu.
Baca Juga: Lesu, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.598 Per Dolar AS Pada Hari Ini (23/2)
Pergerakan datar rupiah ini masih berlanjut di perdagangan akhir pekan ini, Jumat (23/2). Rupiah sideways di tengah sentimen dovish dari beberapa bank sentral di kawasan Asia.
Josua menuturkan, sentimen nada dovish suku bunga tersebut mendorong depresiasi dari sebagian besar mata uang Asia hari ini. Tak terkecuali, tekanan juga terjadi pada mata uang rupiah yang melemah dan berada pada rentang terbatas Rp 15.575 per dolar AS–Rp 15.602 per dolar AS.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menilai, rupiah hanya catat penguatan tipis terhadap dolar dalam sepekan ini. Hal tersebut ditengarai masih kuatnya ekspektasi bahwa The Fed akan bertahan pada suku bunga tingginya.
AS mempertegas suku bunga tinggi masih berlanjut setelah serangkaian data yang mengukur kebijakan moneter masih solid, seperti tenaga kerja, inflasi yang masih tinggi jauh dari target, dan sektor manufaktur. Sehingga, kian menguatkan investor untuk memburu dolar, terlebih lagi imbal hasil yang berisiko tinggi dan yang berisiko rendah semakin menyempit.
“Dengan bertahannya suku bunga saat ini menjadi tanda buruk bagi rivalitas dolar, terutama kawasan Asia,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (23/2).
Baca Juga: Defisit Transaksi Berjalan Berpotensi Melebar di Tahun Ini
Nanang menambahkan, rupiah juga menguat dipengaruhi faktor internal ketika neraca perdagangan mengalami surplus pada kuartal keempat. Serta, meningkatnya aliran masuk (inflow) pada investasi khususnya portofolio saham.
Sementara itu, Nanang melihat, rupiah pekan depan akan dipengaruhi bagaimana pergerakan dolar AS. Setelah melemah pekan ini, greenback pekan depan bakal menanti katalis dari serangkaian data ekonomi Amerika.
Pasar akan disuguhkan angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal keempat dan laju inflasi dari Core PCE untuk menilai apakah sama dengan inflasi konsumen dan produsen yang naik atau malah sebaliknya. Data manufaktur China pun akan menjadi perhatian, karena akan berpengaruh bagi kawasan Asia.
“Rupiah berpotensi menguat secara mingguan dan harian secara terbatas,” imbuh Nanang.
Baca Juga: Likuiditas Perekonomian Menurun Pada Januari 2024
Josua turut mengamati adanya kemungkinan rupiah menguat di perdagangan pekan depan. Proyeksi tersebut karena melihat adanya berbagai rilis data ekonomi dan tenaga kerja Amerika seperti data produk domestik bruto (PDB), durable goods order, jobless claims serta personal consumption expenditure (PCE) di minggu depan.
“Rupiah berpotensi menguat pada pekan depan akibat potensi perlambatan data PCE tahunan Amerika Serikat,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (23/2).
Josua memperkirakan, rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 15.525 per dolar AS–Rp 15.625 per dolar AS pada pekan depan. Kalau Nanang memprediksi rupiah bergerak dalam kisaran Rp 15.550 per dolar AS–Rp 15.650 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News