Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah melemah di perdagangan tengah pekan, Rabu (20/11). Mata uang garuda kembali tertekan oleh kebijakan tarif Trump dan eskalasi konflik di Rusia-Ukraina.
Mengutip Bloomberg, Rabu (20/11), Rupiah spot ditutup pada posisi Rp 15.871 per dolar AS atau melemah 0,16% dari sehari sebelumnya. Sejalan dengan itu, Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) melemah sekitar 0,26% ke level Rp 15.858 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mencermati, pelemahan rupiah hari ini sejalan dengan pergerakan dolar yang berbalik menguat (rebound) dan imbal hasil obligasi AS terpantau naik.
Baca Juga: Stabilitas Rupiah Jadi Penentu BI Turunkan Suku Bunga di Sisa Akhir 2024
Kuatnya dolar AS karena kondisi pasar kembali diselimuti kekhawatiran kebijakan tarif Trump.
Dari domestik, tidak ada kejutan dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI). Seperti diketahui, bank sentral Indonesia mempertahankan suku bunga di level 6% di pertemuan 19-20 November 2024.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, keputusan BI mempertahankan suku bunga kebijakannya di level 6% merupakan respons dari meningkatnya ketidakpastian global pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.
Baca Juga: Bank Indonesia Beberkan Penyebab Rupiah Melemah 0,84% Pada September 2024
Hanya saja, keputusan tersebut belum mampu menahan depresiasi rupiah karena ketidakpastian global meningkat. Namun kali ini dipicu tensi konflik Rusia-Ukraina yang kembali memanas.
"Pelemahan rupiah juga dialami oleh sebagian besar mata uang Asia lainnya seiring dengan investor yang memindahkan asetnya ke aset safe haven," kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (20/11).
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,16% ke Rp 15.871 per Dolar AS Pada Rabu (20/11)
Josua memperkirakan, tren pelemahan rupiah kemungkinan dapat terhenti di perdagangan Kamis (21/11). Optimisme itu sejalan dengan proyeksi penurunan defisit transaksi berjalan Indonesia.
Sementara, Lukman melihat bahwa kekhawatiran tarif Trump masih akan menjadi sentimen negatif bagi mata uang rupiah, dikombinasikan pula dengan perang Ukraina yang kembali bergejolak. Dari dalam negeri, neraca transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit sebesar US$1.5 miliar.
"Rupiah diperkirakan masih akan melemah terhadap dolar AS," imbuh Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (20/11).
Lukman memproyeksi, rupiah masih akan melemah di rentang Rp 15.800 - Rp 15.950 per dolar AS di perdagangan Kamis (21/11).
Sedangkan, Josua memperkirakan rupiah menguat di kisaran Rp 15.800 – Rp 15.900 per dolar AS.
Selanjutnya: ExxonMobil Hadirkan Solusi Hidrolik Inovatif di Pameran Plastics & Rubber Indonesia
Menarik Dibaca: 5 Fitur Windows Phone Link yang Hanya Dimiliki Samsung Galaxy
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News