Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih mencatatkan penguatan meski dinilai rentangnya kian menipis. Penguatan masih kental dukungan dari faktor dalam negeri yang positif.
Di pasar spot, Senin (18/7) posisi rupiah terangkat 0,07% ke level Rp 13.087 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah justru terkikis 0,20% di level Rp 13.112 per dollar AS.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk menjelaskan penguatan masih terjadi karena di awal pekan sajian data ekonomi AS masih minim. Meski di akhir pekan data inflasi dan penjualan ritel AS positif, namun hal tersebut dikalahkan oleh jajaran data ekonomi domestik yang mengkilap.
Sebut saja data cadangan devisa Indonesia Juni 2016 yang melambung ke posisi US$ 109,8 miliar atau lebih tinggi sekitar US$ 6 miliar dibanding bulan sebelumnya. Ditambah lagi surplus neraca perdagangan bulan yang sama juga naik menjadi US$ 900,2 juta beri kekuatan bagi rupiah.
“Belum lagi harapan pasar akan besarnya dana serapan dari UU Tax Amnesty, jadi pelaku pasar optimis akan aliran dana yang deras dan fundamental ekonomi tanah air yang dipandang menjanjikan,” papar Reny.
Karena di saat yang bersamaan, pasar menduga meski data ekonomi AS positif, kenaikan suku bunga The Fed belum akan terjadi bulan Juli 2016 ini.
Sehingga beberapa data ekonomi AS yang positif seolah tidak mampu menopang penguatan mata uang Negeri Paman Sam tersebut. "Fundamental kita yang jadi topangan utama rupiah, tidak heran penguatan masih terus berlangsung," imbuh Reny.
Hal tersebut cukup menekan mata uang dollar AS. Minimnya sajian data ekonomi AS di awal pekan juga yang mengarahkan Reny pada prediksi penguatan rupiah masih bisa berlanjut Selasa (19/7). Walau rentangnya akan lebih terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News