Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Fundamental yang kuat menyebabkan kurs rupiah dapat kembali bangkit, setelah sempat terkoreksi di akhir pekan lalu. Di pasar spot, Jumat (15/7) nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melemah 0,18% ke Rp 13.096.
Sementara berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI). mata uang Garuda ini menguat tipis 0,01% ke Rp 13.086.
Ekonom Bank Central Asia David Sumual memaparkan, pelemahan rupiah hanya koreksi teknikal. Secara fundamental, kondisi rupiah masih bertenaga, setelah data domestik mengkilap. Seperti, cadangan devisa Juni yang naik menjadi US$ 109,8 miliar. Serta neraca perdagangan mencatatkan surplus US$ 900,2 juta.
Sementara dari sisi eksternal, investor juga yakin, The Fed akan menunda kenaikan suku bunga tahun ini. Walhasil, sentimen tersebut bakal menjadi penekan dollar AS. Optimisme pelaku pasar kembali membuncah, setelah berbagai negara ramai-ramai menggelontorkan stimulus ekonomi.
Namun di awal pekan ini, rupiah masih sepi sentimen domestik. Dari sisi eksternal ada data ekonomi AS yang diperkirakan dapat membatasi penguatan rupiah.
Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures ,memaparkan, AS mengumumkan klaim pengangguran Juni tetap di angka 254.000. Angka tersebut masih di atas proyeksi awal yang dapat menyebabkan USD unggul.
"Itu sedikit menekan rupiah pada akhir pekan lalu," ujarnya.
Agus menduga, pengaruh data AS terhadap rupiah tidak signifikan, karena mata uang garuda akan kembali fokus ke sentimen domestik, seperti data penjualan ritel yang akan diumumkan Senin (18/7).
"Tetapi nampaknya BI tidak menginginkan rupiah di bawah Rp 13.000," lanjutnya.
Senin (18/7) Agus memprediksi, rupiah akan bergerak sideways dengan kecenderungan menguat di rentang Rp 13.000 - Rp 13.250 per dollar AS. David juga memprediksi, rupiah akan menguat tipis dan bergerak pada rentang Rp 13.000 - Rp 13.150 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News