Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Jumat lalu (13/2), rupiah sempat menyentuh Rp 12.050 per dolar AS sebelum akhirnya tutup di Rp 11.930 per dolar Amerika Serikat (AS). Bersama rupiah yang loyo itu, harga Surat Utang Negara (SUN) ikut merosot.
Harga SUN acuan bertenor 10 tahun, FR0036, melorot menjadi 92,92 pada Jumat lalu. Persis sepekan sebelumnya, harga SUN ini masih 95,85. Bahkan, di pekan pertama Januari, harganya pernah mencapai 101,66.
Kejatuhan harga SUN itu terjadi seiring dengan merosotnya porsi investasi asing di SUN. Per 12 Februari, asing tinggal memiliki SUN senilai Rp 83,58 triliun. Angka ini turun 2,8% dari posisi di akhir Januari yang Rp 86,02 triliun.
Menurut Fauzi Ichsan, Ekonom Standard Chartered Bank, penurunan harga obligasi tak lepas dari pelemahan rupiah. Investor asing enggan membeli SUN jika nilai tukar rupiah cenderung anjlok. Maklum, investor asing terancam memikul rugi kurs saat kembali mengonversi dananya menjadi dolar nanti.
Dalam kondisi ini, Analis Obligasi Trimegah Securities Heru Helbianto melihat, investor asing lebih memilih melepas obligasinya dan berinvestasi dalam dolar AS. "Mereka juga melakukan profit taking," tegasnya.
Maklum, harga SUN di akhir tahun lalu sempat menanjak. "Penjualan SUN ini akhirnya tambah melemahkan rupiah," imbuh dealer valas BRI Rachmat Wibisono.
Butuh waktu lama agar harga obligasi pulih. "Paling cepat semester kedua," ujarnya. Sebab, menurut dia, di semester pertama 2009, rupiah masih akan berada di kisaran Rp 11.000-Rp 11.900 per dolar AS. Tapi, kita boleh berharap pada dampak stimulus AS. "Jika berhasil, akan banyak dolar kembali ke emerging market, termasuk Indonesia," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News