Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Investor asing ternyata masih belum nyaman bertanam duit di Surat Utang Negara (SUN). Pada 6 Februari 2009, jumlah kepemilikan asing di SUN kembali melorot menjadi tinggal Rp 84,68 triliun. Jumlah ini turun 1,56% dari investasi asing di SUN pada Januari 2009 yang masih mencapai Rp 86,02 triliun.
Jika membandingkannya dengan posisi Desember 2008 yang masih Rp 87,61 triliun, dana asing di SUN malah sudah menyusut 3,34%. "Penurunan ini tidak banyak dan bukan panic selling," kata Analis Obligasi Trimegah Securities Heru Helbianto, kemarin (10/2).
Ada banyak faktor yang menyebabkan dana asing di SUN turun lagi. Misalnya saja, kondisi ekonomi di Amerika Serikat yang masih buruk.
Di samping itu, investor lebih memilih membeli dolar AS. "Sekarang ini investor dalam posisi pembalikan arus dana," imbuh Heru. Jadi, investor lebih memilih menggenggam dana tunai dan masih akan melihat situasi pasar sebelum menaruhnya ke instrumen yang lain.
Lagi pula, volume perdagangan harian SUN di Indonesia sendiri tidak terlalu besar. Selama pekan pertama Februari lalu, rata-rata volume perdagangan harian SUN seri acuan, yakni FR0030, FR0036, FR0044, FR0040, dan FR0051, hanya Rp 541,4 miliar.
Empat hari terakhir ini pun, harga SUN acuan terus turun. "Kurs yang labil memberi sentimen negatif untuk SUN," kata Analis Obligasi Mandiri Sekuritas Handy Yunianto, seperti dikutip Bloomberg. Sebab, pelemahan rupiah bisa membuat investor asing pemilik SUN mengalami rugi kurs.
Kemarin, harga SUN seri FR0036 yang berjangka waktu 10 tahun turun menjadi 95,025 dengan imbal hasil (yield) 12,35%. Sementara pada 4 Februari 2009 lalu, SUN yang jatuh tempo September 2019 ini harganya masih 97,0326 dengan yield 11,997%. Artinya, harga FR0036 turun 2,07%.
SUN acuan seri FR0051 yang bertenor lima tahun juga turun empat hari berturut-turut. Kemarin, harga SUN yang jatuh tempo Mei 2014 ini tinggal 99,155, dengan yield 11,458%. Padahal, pada 4 Februari 2009, harganya masih 100,701 dengan yield 11,061%.
"Orang masih khawatir karena kurs kita belum kuat," kata Heru. Jadi, belakangan orang lebih baik mengamankan keuntungan dan dana mereka untuk jangka pendek. Apalagi sekarang masih belum ada kabar baik di pasar lokal maupun pasar internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News