Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah diprediksi bergerak sideways di awal pekan ini, seiring minimnya data ekonomi. Akhir pekan kemarin, di pasar spot rupiah menguat 0,60% ke Rp 15.635 per dolar Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) menguat 0,31% ke Rp 15.685 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah didorong revisi turun inflasi AS. Sehingga ada ekspektasi penurunan Fed Rate lebih cepat.
Hal tersebut terlihat naiknya probabilitas penurunan Fed Rate di Maret menjadi 19% dari 17%. Lalu peluang penurunan suku bunga di bulan Mei meningkat dari 54% menjadi 57%.
"Ini yang mendorong USD Index turun dan dampaknya rupiah terapresiasi," kata Fikri kepada Kontan.co.id, Minggu (11/2).
Baca Juga: Berotot Pekan Ini, Simak Prediksi Rupiah Pekan Depan
Untuk besok, Fikri memperkirakan rupiah akan cenderung sideways dengan kecenderungan sedikit menguat seiring dengan penurunan USD Index. Sebab, belum akan ada data ekonomi yang signifikan dapat menggerakkan rupiah.
"Investor masih menunggu data inflasi AS dan sejumlah data dari dalam negeri pada Selasa," katanya.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong berpendapat, rupiah justru diperkirakan masih akan tertekan oleh faktor internal pilpres 2024. Walau demikian, koreksi pada dolar AS setelah revisi ke bawah pada inflasi AS bisa mendukung rupiah.
"Sentimen luar data ekonomi domestik yaitu data perdagangan dan penjualan ritel dan dari eksternal investor menantikan data inflasi AS," sebutnya.
Lukman memperkirakan rupiah bergerak di Rp 15.550 per dolar AS-Rp 15.700 per dolar AS. Sementara Fikri memproyeksikan pergerakan rupiah di kisaran Rp 15.540 per dolar AS-Rp 15.740 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News