Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpotensi melanjutkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (24/1). Kondisi pasar global masih mendukung penguatan rupiah.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menilai rupiah kemungkinan masih akan menguat utamanya terdorong oleh faktor eksternal. Indeks dolar terus turun menyusul tanda-tanda bahwa kebijakan moneter The Fed tidak akan agresif lagi.
Bank Sentral AS tersebut tentu mempertimbangkan tingkat inflasi untuk mengerek suku bunga. Nah, dari data ekonomi AS terpantau bahwa indeks harga konsumen atau consumer price index (CPI) dan indeks harga produsen atau producer price index (PPI) turun. Hal ini mengindikasikan bahwa inflasi telah mendingin.
Baca Juga: BI Jajaki Kerja Sama Penggunaan Mata Uang Lokal dengan Korea Selatan dan India
Indeks harga konsumen AS turun 0,1% menjadi 6,5% di bulan Desember 2022. Pada bulan November, CPI AS berada di level 7,1%. Sementara, Indeks harga produsen AS turun ke level 0,5% di bulan Desember, dari bulan sebelumnya yang naik 0,2%.
Kemudian, lanjut Alwi, data ekonomi AS teranyar menunjukkan penjualan rumah bulan Desember jatuh ke level terendah dalam 12 bulan terakhir. Ini disebabkan kondisi suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi yang mengikis permintaan.
Penjualan rumah yang ada di AS sebesar 4,02 juta pada Desember 2022. Pada bulan November, data penjualan rumah AS sebesar 4,8 juta.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Lanjut Menguat Selasa (24/1)
Tanda-tanda Bank Sentral AS akan mengurangi agresivitasnya tercermin pula dari pernyataan yang dilontarkan pejabat The Fed, Christopher Waller pada Sabtu (22/1). Kenaikan suku bunga untuk meredam Inflasi diakui masih berlanjut pada tingkat yang lebih rendah sebesar 25 basis poin (bps) di pertemuan Fed berikutnya.
"Ini mendorong sementara penguatan rupiah," kata Alwi saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (23/1).
Kendati demikian, sambung Alwi, penguatan rupiah tidak terlalu tajam karena di pekan depan pelaku pasar masih menunggu data Produk Domestik Bruto (PDB) AS untuk menilai arah inflasi. Karena itu, pergerakan rupiah besok Selasa (24/1) diprediksi cenderung mendatar meskipun ada kecenderungan menguat didorong oleh faktor-faktor eksternal. Dari domestik, minim data yang menjadi sentimen rupiah esok.
Baca Juga: Euro Menyenuh Level Tertinggi 9 Bulan Terhadap Dolar AS, Efek Suku Bunga ECB
Alwi memproyeksikan rentang rupiah akan berkisar di area Rp 15.015 per dolar AS-Rp 15.175 per dolar AS pada Selasa (24/1).
Pada Jumat (20/1), Rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.075 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini membuat mata uang garuda berhasil menguat 0,19% secara harian dan naik 0,48% secara mingguan.
Sementara, rupiah di pasar Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup pada area Rp 15.121 per dolar AS, Jumat (20/1). Secara harian rupiah Jisdor melemah tipis 0,05%, namun mampu naik 0,36% dari posisi rupiah di pekan lalu.
Adapun perdagangan rupiah pada hari ini, Senin (23/1) tidak dilaksanakan karena adanya cuti bersama terkait libur tahun baru Imlek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News