kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG Berpotensi Lanjut Menguat Selasa (24/1)


Senin, 23 Januari 2023 / 16:34 WIB
IHSG Berpotensi Lanjut Menguat Selasa (24/1)
ILUSTRASI. IHSG ditutup naik 0,81% ke posisi 6.874,93 pada Jumat (20/1).


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat pada Selasa (24/1). IHSG ditutup naik 0,81% ke posisi 6.874,93 pada Jumat (20/1). 

Analis Sinarmas Sekuritas Mayang Anggita mencermati pergerakan IHSG pada Jumat (20/1) lalu ditutup di atas MA50 di angka 6.860. Pergerakan ini memberikan harapan IHSG lanjut menguat.

"IHSG berpotensi lanjut menguat setidaknya sampai resistance terdekat yaitu titik previous high 6.953 sampai dengan upper channel di seputaran 7.000," papar dia, Senin (23/1). 

Baca Juga: BEI Kantongi 22 Emiten dalam Pipeline Rights Issue

Di sisi lain, lanjut Mayang, support MA20 di angka 6.764 dan MA10 pada level 6.710 diharapkan mampu menopang pergerakan IHSG. Dia memproyeksikan IHSG akan uji support di 6.764 dan resistance 6.953.

Senada, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memproyeksikan IHSG berpeluang menguat tapi cenderung terbatas dengan area resistance di 6.890 dan support 6.800. 

Menurut dia pergerakan indeks komposit ini masih akan didorong oleh aliran dana asing atawa foreign inflow dan penguatan rupiah. Adapun dalam sepekan terakhir asing mencatatkan net buy Rp 331,89 miliar. 

Baca Juga: Melaju 3,51% di Pekan Ini, Bagaimana Proyeksi IHSG di Pekan Depan?

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menuturkan estimasi support dan resistance IHSG ada di rentang 6.840-6.910. Setelah rally dalam tujuh hari beruntun, investor perlu waspada akan adanya aksi profit taking

"Perlu diantisipasi potensi terjadinya profit taking, meskipun ke depan IHSG tetap masih berpeluang melanjutkan tren naiknya di tengah optimisme penurunan inflasi di Amerika Serikat," imbuh dia. 

Sentimen lainnya, lanjut Ivan, datang dari asumsi kenaikan suku bunga The Fed alias Fed Funds Rate (FFR) yang semakin melunak. Lalu, kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BEI) yang telah naik sesuai ekspektasi serta penguatan harga komoditas emas dan minyak. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×