Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tingginya ketidakpastian di pasar global mampu diredam oleh fundamental dalam negeri yang positif. Hal tersebut lantas memicu pergerakan rupiah yang flat sepanjang pekan ini.
Di pasar spot, Jumat (22/7) posisi rupiah terangkat tipis 0,03% di level Rp 13.095 per dollar AS sementara dalam sepekan konsolidasi dengan kecenderungan menguat tipis 0,007%. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah menguat 0,15% di level Rp 13.102 per dollar AS dengan sepekan unggul 0,12%.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata menuturkan secara keseluruhan pekan ini rupiah bergerak mendatar dengan rentang yang sempit. Sentimen dalam negeri seperti laporan cadangan devisa, surplus neraca perdagangan, hingga keputusan Bank Indonesia menahan suku bunganya mampu menjaga valuasi rupiah.
“Sebab, sentimen eksternal beragam,” ujar Josua. Sejak awal pekan sajian data ekonomi AS bervariasi, ditambah pasar antisipasi pertemuan European Central Bank di tengah pekan. Selain itu komentar Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda untuk menolak pelonggaran stimulus tambahan juga sesaat memberi guncangan eksternal.
Hal tersebut sebenarnya mengangkat dollar AS namun di sisi lain rupiah punya kekuatan untuk bertahan. “Sehingga level pergerakannya di situ saja,” tambah Josua.
Kuatnya faktor dalam negeri ini yang kemudian membuat rupiah tetap jaga keunggulan meski sangat tipis.
Pasca Brexit, belum ada katalis yang bisa menjadi penentu arah pergerakan ke depannya. Semua menyoroti pertemuan yang akan berlangsung pekan depan yakni FOMC. Itu nantinya akan menjadi pembeda arah pergerakan rupiah.
"Peluang kenaikan suku bunga tetap kecil, tapi pasar akan menanti pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen," tutur Josua. Karena pasar ingin tahu kebijakan dan prospek seperti apa yang dilihat The Fed ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News