kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Round up kinerja emiten tambang BUMN, Timah (TINS) paling tertekan


Senin, 20 April 2020 / 04:40 WIB
Round up kinerja emiten tambang BUMN, Timah (TINS) paling tertekan


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketiga emiten pelat merah yang tergabung dalam holding pertambangan BUMN, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS) telah mengelurakan laporan keuangan untuk tahun 2019.

Ketiga emiten yang tergabung dalam holding MIND ID ini kompak mencatatkan penurunan laba bersih, bahkan ada yang merugi. Berikut adalah rangkuman (roundup) kinerja ketiga emiten tersebut :

1. PT Bukit Asam (PTBA) Tbk
Emiten tambang batubara yang berbasis di Sumatera Selatan ini membukukan laba bersih senilai Rp4,05 triliun sepanjang periode 2019. Capaian laba bersih konstituen Indeks Kompas100 ini turun 19,24% dibandingkan realisasi laba pada tahun 2018 yakni Rp5,02 triliun.

Baca Juga: Cucu usaha Dian Swastatika Sentosa (DSSA) di Hong Kong ditutup

Meski demikian, PTBA berhasil membukukan kenaikan pendapatan usaha sebesar 3% menjadi Rp 21,8 triliun sepanjang 2019. Pada 2018, PTBA mengempit pendapatan usaha senilai Rp 21,2 triliun.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, penurunan laba bersih emiten ini tidak lepas dari harga batubara yang mengalami tren penurunan sepanjang 2019. Penurunan ini seiring dengan pelemahan harga batubara Indeks Newcastle sebesar 28% dari US$ `107,34 per ton menjadi US$ 77.7 per ton.

Pun demikian dengan Indeks Batubara thermal Indonesia (Indonesian Coal index/ICI) yang melemah 17%, dari US$ 60,35 per ton menjadi US$ 50,39 per ton pada 2019.

Kenaikan beban juga turut menekan kinerja PTBA sepanjang 2019. Beban pokok penjualan misalnya, naik menjadi Rp 14,18 triliun dari yang sebelumnya Rp 12,62 triliun.

Kinerja operasional 2019
Volume penjualan : 27,8 juta ton ( naik 13%)
Volume produksi : 29,1 juta ton. (naik 10,2%).

Baca Juga: Harga emas naik, begini proyeksi analis terhadap kinerja Aneka Tambang (ANTM) di 2020

2. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Emiten yang terkenal dengan produk logam mulianya ini membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 32,71 trilun pada tahun lalu, naik 29,44% dari realisasi penjualan tahun sebelumnya yang hanya Rp 25,27 triliun.

Meski demikian, laba bersih emiten konstituen Indeks Kompas100 ini justru menyusut. ANTM mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 193,85 miliar atau turun 88,15% secara tahunan.

Salah satu penyebab turunnya laba bersih konstituen Indeks Kompas100 ini adalah naiknya pos beban. Beban pokok penjualan misalnya, melonjak 37,15% menjadi Rp 28,27 triliun.

“Hal ini seiring dengan kenaikan volume produksi dan penjualan Aneka Tambang serta terkonsolidasinya beban dari entitas anak perusahaan,” tulis manajemen Aneka Tambang dalam rilis resmi, Kamis (16/4).

Kinerja operasional 2019 :
Penjualan emas : 34.016 kilogram atau 1.093.639 troy oz, (naik 2%)
Penjualan feronikel : 26.212 Tni (naik 9%)
Penjualan Bijih nikel : 7,6 juta wet metric ton (wmt)

Produksi :
Produksi emas dari tambang emas Pongkor dan Cibaliung : 1.963 kg atau 63.111 troy oz
produksi feronikel : 25.713 ton nikel dalam feronikel (Tni) (naik 3%)
produksi bijih nikel : 8,70 juta wmt.

Baca Juga: Terdampak corona, simak proyeksi analis terhadap kinerja PT Timah (TINS) tahun ini

3. PT Timah Tbk (TINS)
TINS menjadi emiten tambang milik negara yang kinerjanya paling tertekan. Emiten yang berbasis di Kepulauan Bangka Belitung ini harus menanggung rugi tahun berjalan yang diatribusikan pada entitas induk Rp 611,28 miliar pada tahun lalu.

Meski demikian, pendapatan TINS melonjak 75,13% menjadi Rp 19,30 triliun. Naiknya pos beban, seperti beban pendapatan usaha yang melesat 82,79% ke Rp 18,17 triliun ditengarai menjadi salah satu penghambat kinerja emiten pelat merah ini.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar Baswedan mengatakan, ke depan TINS sudah menyiapkan langkah - langkah perbaikan untuk peningkatan kinerja, yakni melalui efisiensi di setiap lini bisnis, optimalisasi alat produksi, serta menjaga kinerja produksi dan penjualan agar cash flow dan margin tetap optimal.

“Efisiensi biaya bahan baku, efisiensi biaya administrasi dan umum, serta negosiasi terhadap pihak ketiga terkait dengan maintenance alat produksi dan biaya operasional,” ujar Umar kepada Kontan.co.id, Jumat (17/4).

Kinerja operasional 2019 :
Produksi timah : 76.389 metric ton (naik 128,4%).
Penjualan timah : 67.704 metric ton ( naik 50,05%)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×