Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menambahkan, emiten di barisan Top 10 market cap idealnya memiliki kapasitas untuk bisa menjaga stabilitas indeks.
Hanya saja, tidak semua penghuni Top 10 market cap diisi oleh saham yang lonjakan harganya mencerminkan fundamental kuat dengan stabilitas kinerja untuk menghasilkan laba yang tinggi.
Dus, pelaku pasar perlu berhati-hati agar tetap selektif dalam melihat saham-saham di jajaran top market cap.
"Perubahan di jajaran top market cap dapat terjadi dengan cepat, sering kali dipengaruhi oleh sentimen jangka pendek daripada fundamental yang kuat. Oleh karena itu, strategi investasi harus lebih fleksibel dan responsif," terang Ekky.
Baca Juga: Berikut Daftar 10 Orang Terkaya Indonesia di Penghujung Tahun 2024
Pendiri Stocknow.id Hendra Wardana mengamini, perlu strategi investasi yang fleksibel dan berbasis pada analisis sektoral yang mendalam untuk menghadapi dinamika rotasi di saham big cap.
Hendra memprediksi, rotasi di jajaran Top 10 market cap pada tahun 2025 akan tetap dinamis, sejalan dengan respons pasar terhadap perubahan fundamental perusahaan, sentimen saham, serta dinamika ekonomi.
Menurut Hendra, saham-saham berfundamental kuat dan tergolong defensif seperti BBCA, BMRI dan TLKM masih menarik untuk dikoleksi. Ketiganya masih layak hold atau buy untuk target harga masing-masing di Rp 10.425, Rp 6.600 dan Rp 3.130.
Selain itu, Hendra melirik saham BREN dan PANI yang punya prospek kuat di bisnis energi baru dan terbarukan, serta sektor properti. Target harga yang bisa dipertimbangkan untuk BREN ada di Rp 10.725 dan Rp 17.375 untuk PANI.
Baca Juga: Menutup Tahun 2024, Saham BREN Milik Prajogo Pangestu Jadi Market Cap Terbesar di BEI
Miftahul menyodorkan saham BBRI untuk target harga Rp 6.600 - Rp 7.000. Sementara itu, Pendiri WH-Project William Hartanto menyarankan untuk tidak terburu-buru dalam mengambil posisi. William menaksir, posisi Top 10 market cap saat ini akan bertahan hingga awal tahun 2025.
Mempertimbangkan posisi bursa saham saat ini, pelaku pasar bisa melakukan trading jangka pendek. Sedangkan untuk menerapkan strategi lain seperti buy on weakness, William menyarankan untuk terlebih dulu menunggu respons pasar pada awal tahun 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News