Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Secara rasio, ATLA memiliki sekitar 80% proyek di laut dan 20% di darat pada tahun ini. Mayoritas proyek berada di dalam negeri. Sementara, proyek di luar negeri ada di laut wilayah Thailand dan Malaysia.
“Proses survei kegiatan migas di laut memiliki standar yang lebih tinggi. Sehingga, kami optimistis ekspansi ke darat bisa lancar, karena standarnya lebih rendah dibandingkan di laut,” tuturnya.
Dari aksi korporasi ini, ATLA akan menerima dana sebesar Rp 120 miliar. Dana hasil IPO ini, setelah dikurangi dengan biaya emisi, sekitar 43,52% akan digunakan untuk pembelian peralatan guna menunjang kegiatan operasional Perseroan di kemudian hari. Sisanya, akan digunakan untuk modal kerja Perseroan.
Baca Juga: Menakar Penawaran IPO dari Dua Calon Emiten di BEI
ATLA saat ini memiliki pengalaman proyek survei dan inspeksi di Laut Myanmar dan Laut Thailand. Saat ini, ATLA memiliki sejumlah pelanggan, seperti PT Timas Suplindo, PT Meindo Elang Indah, Timas Sapura Offshore JV, dan PT Timas Samudera Indonesia.
“Kami sadar permintaan akan jasa survey dan inspeksi berpotensi besar. Ini seiring dengan naiknya target pemerintah untuk meningkatkan produksi migas, terutama untuk perairan laut dalam dan potensi migas di daratan,” papar Yophi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News