kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rencana private placement BTEL dianggap sia-sia


Rabu, 23 Desember 2015 / 19:57 WIB
Rencana private placement BTEL dianggap sia-sia


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kinerja keuangan PT Bakrie TelecomTbk (BTEL) anjlok. menurut laporan keuangan per 30 september 2015, BTEL mencatatkan rugi Rp 2,11 triliun. Artinya kerugian dibanding tahun lali meningkat tajam hingga lima kali lipat, dari capaian tahun sebelumnya Rp 389,27 miliar.

Berdasarkan laporan kinerja keuangan BTEL yang dipublikasikan pada Rabu (23/12), pendapatan usaha emiten operator ini juga rugi secara year on year, dari Rp 1,1 triliun mnejadi Rp 301,66 miliar.

BTEL mengalami peningkatan pada beban usaha dari Rp 1,39 triliun menjadi Rp 2,41 triliun. Selain itu, net loss atau rugi neto BTEL juga meningkat cukup tajam dari Rp 2,29 triliun menjadi Rp 3,65 triliun.

Oleh karena itu, BTEL akan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) pada 12 Januari 2016. Agenda rapat tersebut adalah untuk persetujuan perseroan melakukan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (non HMETD) atau private placement. Selain itu, rapat tersebut juga akan menyetujui perubahan susunan pengurus perseoran.

Menanggapi itu, analis LBP Enterprises Lucky Bayu Purnomo mengatakan bahwa usaha BTEL tidak akan berdampak banyak. Selain karena kinerja keuangan yang baik, kinerja korporasi di sektor telekomunikasi juga sedang tidak bagus. Dirinya mengatakan BTEL hanya bisa memperbaiki keadaan bila perusahaan itu diakuisisi oleh perusahaan telekomunikasi asing.

"Iklim dari industri Telekomunikasi itu merupakan tantangan yang cukup besar ke depan. Bila kondisi perusahaan besar mungkin bisa, tapi BTEL kecil," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (23/12).

Dirinya melihat tidak akan ada langkah yang bisa membantu BTEL dalam usaha memperbaiki kinerja perseroan. Setidaknya ini prospek ke depan masih terbilang tidak menjanjikan bagi BTEL sendiri dan industri otomotif secara umum.

"Idealnya BTEL tidak menargetkan prospek yang positif dalam jangka pendek dan menengah. Kalau jangka panjang mungkin ada kemungkinan membaik, itu pun kalau dia diakuisisi oleh perusahaan lain," lanjutnya.

Hal ini terbuka, dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pasalnya emiten yang tidak menarik dan tidak memiliki kinerja yang baik akan diakusisi oleh perusahaan-perusahaan yang berasal dari kawasan.

"Upaya penyelamatan BTEL bisa saja dilakukan dengan berlakunya MEA. karena MEA itu merupakan peluang menarik, untuk emiten yang tidak memiliki prestasi dan tidak menarik, baik dari sisi fundamental keuangan maupun teknis," lanjutnya.

Seperti diketahui, perseroan akan membahas rencana Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau Private placement setelah mendapatkan restu dari OJK. Jumlah saham beredar BTEL saat ini sebanyak 30,58 juta dengan harga Rp 50 per saham.

Dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), BTEL memiliki total utang Rp 11,9 triliun, dengan utang biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dan universal service obligation (USO) mencapai Rp 2,03 triliun, utang usaha senilai Rp 2,4 triliun, utang tower provider Rp 2,03 triliun dan utang dana hasil wesel senior Rp 4,74 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×