Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak jatuh pada awal perdagangan pada hari ini. Katalis negatif bagi minyak datang karena peningkatan stok minyak mentah dan bahan bakar Amerika Serikat (AS) mendorong investor untuk mengambil keuntungan dari reli yang berlangsung sejak awal pekan ini.
Jumat (21/1) pukul 09.30 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2022 anjlok 2,8% ke US$ 85,92 per barel. Bahkan, di awal perdagangan Brent sempat ambles 3%, koreksi terbesar sejak 20 Desember.
Setali tiga uang, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2022 ambles 3,1% menjadi US$ 82,94 per barel. Kontrak tersebut sebelumnya turun 3,2%, juga terbesar sejak 20 Desember,
Reli harga minyak mentah baru-baru ini tampaknya kehabisan tenaga pada hari Kamis, ketika Brent dan WTI mengakhiri sesi perdagangan dengan pelemahan tipis. Kedua tolok ukur telah naik lebih dari 10% sepanjang tahun ini, di tengah kekhawatiran atas ketatnya pasokan.
Baca Juga: Reli Harga Minyak Mentah Terhenti Meski Kekhawatiran Pasokan Masih Mendominasi
"Investor membuat penyesuaian jangka pendek di posisi mereka setelah peningkatan persediaan AS dan menjelang akhir pekan," kata Hiroyuki Kikukawa, General Manager of Research Nissan Securities.
Sementara itu, berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), persediaan bensin di Amerika Serikat (AS), konsumen minyak terbesar dunia, naik 5,9 juta barel, ke level tertinggi sejak Februari 2021. Stok minyak mentah naik 515.000 barel pekan lalu, melawan ekspektasi pasar.
EIA juga melaporkan sedikit penurunan dalam pengoperasian kilang, menunjukkan permintaan minyak mentah yang lebih rendah.
Jatuhnya pasar saham juga berdampak pada pasar minyak mentah karena investor menjadi semakin khawatir tentang kebijakan bank sentral menaikkan suku bunga tahun ini untuk memerangi inflasi. Pada sesi perdagangan sebelumnya, indeks Nasdaq turun 1,3% dan indeks Nikkei 225 di Jepang koreksi 1,7% di awal perdagangan hari ini.
"Kemerosotan pasar saham di tengah kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin secara agresif bergerak untuk menaikkan suku bunga tahun ini juga membebani sentimen", kata Chiyoki Chen, Chief Analyst di Sunward Trading.
Kekhawatiran pasokan minyak meningkat minggu ini setelah kelompok Houthi Yaman menyerang Uni Emirat Arab, produsen terbesar ketiga OPEC. Di saat bersamaan, Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia, terus menambah pasukan di dekat perbatasan Ukraina, memicu kekhawatiran invasi.
Namun, International Energy Agency (IEA) mengatakan pada hari Rabu bahwa pasokan minyak akan segera menyusul permintaan karena beberapa produsen akan memompa pada atau di atas tertinggi sepanjang masa, sementara permintaan bertahan meskipun penyebaran varian virus corona Omicron.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News