kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Reksadana saham syariah paling tekor


Senin, 13 Maret 2017 / 12:00 WIB
Reksadana saham syariah paling tekor


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kinerja reksadana saham syariah melempem sejak awal tahun. Merujuk data Infovesta Utama secara year to date (ytd)per 9 Maret 2017, rata-rata imbal hasil reksadana saham syariah minus 2,53%. Padahal di saat yang sama, reksadana syariah jenis pendapatan tetap menorehkan return 2,53%, pasar uang 0,61%, campuran 0,55%.

Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama, menjelaskan, imbal hasil reksadana saham syariah kurang bersinar sejak awal tahun lantaran pasar saham terkoreksi. Pemicunya: kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed.

Seperti diketahui, bank sentral Amerika Serikat (AS) berencana mengerek suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini. Nah, kesempatan pertama diprediksi terjadi pada rapat FOMC yang digelar Rabu (15/3)Kamis (16/3).

Katalis negatif juga bersumber dari harga komoditas yang cenderung fluktuatif. "Pasar saham syariah, kan, salah satu fokusnya ke komoditas, seperti minyak mentah dan batubara, yang harganya sedang turun," ungkap Wawan.

Selain itu, Beben Feri Wibowo, Senior Research Analyst Pasardana, menyebutkan, rata-rata portofolio investasi reksadana syariah ada pada saham-saham blue chip syariah, semisal ANTM, PTBA, dan INCO. Nah, ketiga saham ini mencetak return negatif secara ytd per Februari lalu. "Di samping itu, faktor eksternal seperti efek Donald Trump ikut andil atas tertekannya saham bluechip syariah di tengah aksi jual asing yang cenderung terjadi," ujarnya.

Nasib berbeda ditorehkan reksadana pendapatan tetap syariah yang kinerjanya mentereng. Lihat saja kondisi pasar pendapatan tetap syariah (Indonesia Sukuk Index Composite-Total Return) yang tercatat naik 2,91% (ytd) per 10 Maret lalu. Amunisinya bersumber dari perbaikan outlook rating Indonesia dari Fitch Rating serta Moody's.

Menurut Soni Wibowo, Direktur Bahana TCW Investment Management, tingginya return reksadana pendapatan tetap syariah disokong oleh kupon dan capital gain. Harga obligasi memang sudah rebound pasca koreksi akibat kemenangan tak terduga Trump, dalam Pemilihan Presiden AS tahun lalu.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×