Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham punya prospek yang menarik di akhir tahun ini. Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Felisya Wijaya mengatakan, hal ini didorong oleh kembalinya dana asing ke pasar negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Sentimennya berasal dari meredanya kekhawatiran terhadap berlanjutnya kenaikan suku bunga The Fed. Di pertemuan bulan Desember 2023, Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan untuk menahan suku bunga The Fed dan memberikan gambaran adanya peluang pemangkasan suku bunga di masa mendatang.
Felisya menjelaskan, ketika dana asing kembali masuk, surat berharga negara (SBN) dan saham-saham blue chips yang akan pertama kali diburu oleh investor asing.
Baca Juga: Industri Asuransi Jiwa Tetap Yakin Investasi Akan Tumbuh Meski Suku Bunga Turun
"Maka dari itu, reksadana saham yang mayoritas berinvestasi pada saham blue chips dan/atau berbasis indeks memiliki prospek yang menarik di akhir tahun ini," tutur Felisya saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (18/12).
Sektor saham yang layak untuk dilirik adalah perbankan dan konsumsi siklikal maupun non-siklikal. Sektor-sektor ini diharapkan dapat mencatatkan kinerja yang lebih baik pada kuartal IV-2023.
Pasalnya, belanja pemerintah akan bertambah mendekati Pemilu. Selain itu, ada perbaikan daya beli masyarakat yang didukung oleh bantuan sosial seperti bantuan beras gratis.
Sementara itu, sektor properti dan telekomunikasi menarik dilirik untuk tahun 2024. Sektor properti akan diuntungkan pada saat terjadinya penurunan tingkat suku bunga acuan di tahun depan, sedangkan telekomunikasi menarik karena aksi merger dan akuisisi membuat persaingan harga di sektor ini mereda untuk jangka panjang.
Baca Juga: Instrumen SBN Dongkrak Hasil Investasi Asuransi Jiwa
Felisya menilai, masih ada potensi upside untuk reksadana saham di sisa tahun ini. Pasalnya, meski sudah rally sejak bulan November 2023, valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berdasarkan P/E masih di kisaran 15x.
Angka ini berada di bawah rata-rata lima tahun terakhir di kisaran 17x sehingga masih menarik untuk di koleksi. Sebagai pengingat, IHSG naik 4,87% di bulan November dan naik 6,5% sepanjang bulan Desember hingga 15 Desember 2023.
Research Analyst PT Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menambahkan, target IHSG akhir tahun berada di level 7.200. Jadi potensi upside tergolong lumayan karena masih ada ruang kenaikan harga dalam dua minggu. Bahkan, apabila momentumnya kuat, IHSG bisa ke 7.250 atau 7.300.
Menurut Arjun, saham sektor konsumsi menarik untuk dilirik. "Selain karena ada potensi window dressing, perayaan Natal dan Tahun Baru 2024 memberikan sentimen positif karena kenaikan pengeluaran berpotensi mendorong saham-saham dari sektor tersebut," tutur Arjun.
Baca Juga: Nasabah Tajir Tahan Dana di Instrumen Investasi, Ini Penyebabnya
Sementara untuk tahun 2024, sektor pilihannya dalah sektor perbankan (top 4 dan big caps yang lain), sektor konsumen primer, dan properti. Ketiga sektor ini dinilai punya prospek yang bagus dan akan outperform di tahun depan.
Menjelang Pemilu, beberapa sektor yang disebutkan di atas juga mencatatkan kinerja kuat secara historis. "Berarti lebih baik memilih reksadana saham yang komposisinya lebih berbobot properti, perbankan, dan konsumen primer big caps," kata Arjun.
Felisya menambahkan, pergerakan pasar saham domestik masih akan dibayangi oleh sentimen politik setidaknya hingga awal pertengahan 2024.
Strategi pengelolaan reksadana saham saat ini cenderung defensif dengan berinvestasi pada sektor seperti perbankan, barang konsumsi, dan telekomunikasi mengingat akan adanya potensi pembalikan tren suku bunga acuan Indonesia dan tren belanja masyarakat di tengah tahun politik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News