kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   25.000   1,49%
  • USD/IDR 16.450   35,00   0,21%
  • IDX 6.380   -139,26   -2,14%
  • KOMPAS100 926   -23,75   -2,50%
  • LQ45 725   -12,49   -1,69%
  • ISSI 196   -6,34   -3,13%
  • IDX30 379   -3,71   -0,97%
  • IDXHIDIV20 456   -5,75   -1,25%
  • IDX80 105   -2,26   -2,11%
  • IDXV30 108   -2,36   -2,13%
  • IDXQ30 124   -0,95   -0,75%

Rekomendasi Saham Big Cap Saat Harga dan Kapitalisasi Pasar Sedang Menyusut


Selasa, 04 Maret 2025 / 13:34 WIB
Rekomendasi Saham Big Cap Saat Harga dan Kapitalisasi Pasar Sedang Menyusut
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham untuk emiten big cap saat pasar saham kembali tertekan


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sesuai prediksi sejumlah analis, lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum bisa bertahan lama. IHSG kembali anjlok pada Sesi I perdagangan hari ini, Selasa (4/3).

IHSG menukik 87,11 poin atau terjun 1,34% ke posisi 6.432,54. IHSG berbalik turun setelah melonjak signifikan pada perdagangan kemarin (3/3), dengan kenaikan 3,97% ke level 6.519,65.

Gerak menukik saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) turut menekan IHSG. Posisi IHSG bahkan sempat terjun ke area 6.270,59 per akhir Februari, Jumat (28/2).

Mayoritas saham di jajaran Top 10 market cap terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menyusut. Hingga perdagangan kemarin, hanya ada satu emiten yang punya market cap di atas Rp 1.000 triliun, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memiliki kapitalisasi pasar Rp 1.074 triliun.

Terpaut jauh dari peringkat kedua, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang market cap-nya kini tersisa Rp 856 triliun. Rotasi juga terjadi di barisan saham Top 10 market cap.

Baca Juga: IHSG Merosot, Kinerja Investasi Industri Asuransi Jiwa Tertekan

Saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) terlempar, digantikan oleh PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang merangsek ke ranking delapan dengan market cap Rp 277 triliun. Harga saham DCII mencapai Auto Rejection Atas (ARA) berjilid-jilid. 

Tapi, saat ini saham DCII sedang terkena suspensi. Selain BBCA dan BREN, sejumlah saham Top 10 market cap juga masih dalam posisi tertinggal dan menjadi pemberat indeks (laggards) secara year to date.

Mereka adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA).

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman mengamati pelemahan harga saham big cap dan pelemahan IHSG tak lepas dari arus dana keluar (capital outflow) dari investor asing yang mengalir deras. Terutama pada akhir pekan lalu, sebagai imbas dari sentimen rebalancing Morgan Stanley Capital International (MSCI).

Meski IHSG dan sejumlah saham big cap mengalami kenaikan pada awal pekan ini, tapi Fath mengingatkan agar pelaku pasar tetap berhati-hati.

"Hal yang perlu diperhatikan dengan adanya rebound adalah seberapa besar foreign inflow terjadi, karena hal ini akan memberikan konfirmasi lanjutan mengenai adanya potensi kenaikan," terang Fath kepada Kontan.co.id, Senin (3/3).

Adapun, sepanjang pekan lalu investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 10,21 triliun. Di tengah lonjakan IHSG pada awal pekan ini, posisi investor asing masih net sell sebesar Rp 137,91 miliar di seluruh pasar.

Baca Juga: IHSG Melemah 1,34% ke 6.432 di Sesi I Selasa (4/3), AMMN, ADRO, AKRA Top Losers LQ45

Direktur Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus sepakat, selama dana dari investor asing belum kembali mengalir masuk (capital inflow), maka laju saham big cap masih rentan. Begitu juga dengan arah IHSG yang akan disetir oleh performa saham-saham big cap.

Dus, lonjakan pada awal pekan ini bisa jadi merupakan technical rebound atau bentuk normalisasi setelah rebalancing MSCI. Praktisi Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, efek rebalancing MSCI sudah usai pada akhir bulan lalu, sehingga sentimen negatif mereda dan beban terhadap IHSG mulai berkurang.

William juga menaksir jika aksi net sell dari investor asing berlanjut, maka belum ada tanda pembalikan arah yang solid bagi saham big cap maupun IHSG. Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani mengamini, selama kenaikan tidak disertai dengan inflow dari investor asing, maka kenaikan IHSG akan bersifat sementara.

"Technical rebound (penguatan IHSG kemarin), karena kenaikan begitu tinggi yang menjadikan indikasi mark up. Tren yang ada saat ini masih berpotensi lanjut ke depannya," jelas Dimas.

Begitu juga dengan barisan saham big cap yang masih perlu menunggu konfirmasi lebih lanjut. Namun jika sebagai pilihan investasi untuk jangka panjang, valuasi sejumlah saham big cap saat ini sudah tergolong menarik dibandingkan valuasi empat tahun terakhir.

Baca Juga: IHSG Turun 1,34% di Sesi I Selasa (4/3), Cek Proyeksi Pergerakannya hingga Penutupan

Vice President Marketing Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi memprediksi capital inflow berpotensi kembali mengalir ketika mulai ada pemangkasan suku bunga acuan. Katalis lainnya adalah musim rilis laporan keuangan tahun 2024 dan berlanjut hingga rilis kinerja kuartal I-2025.

Audi pun melihat penurunan harga pada mayoritas saham big cap bisa menjadi momentum koleksi, terutama pada saham yang sudah terdiskon dibandingkan nilai intrinsiknya. "Dalam jangka pendek beberapa saham big cap juga sudah masuk dalam area oversold yang dapat mendorong terjadi technical rebound," ungkap Audi.

Audi pun menyematkan rekomendasi trading buy untuk saham BBRI dengan target harga Rp 3.970. Kemudian, buy saham BMRI dan BBCA untuk target harga Rp 5.800 dan Rp 10.400. 

Audi juga merekomendasikan speculative buy pada saham BREN dengan mencermati support Rp 5.900 dan resistance Rp 7.600. Lalu, speculative buy PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dengan support di Rp 7.000 dan resistance Rp 9.100.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menyarankan agar melakukan koleksi secara bertahap, atau akumulasi beli secara selektif. Saham big cap pilihan Ekky adalah BBRI, BBCA, BMRI dan TLKM. 

Namun, Ekky mengingatkan kondisi pasar saham belum stabil. Secara teknikal, Ekky menaksir IHSG masih berpotensi melanjutkan pelemahan ke level support 6.100 - 6.200. Sedangkan resistance IHSG berada di level 6.900 - 6.950, yang berpeluang dicapai pada bulan ini.

 

"Jadi meski IHSG menguat (pada perdagangan kemarin), masih butuh konfirmasi kembali untuk bisa dikatan tren berbalik. Untuk saham blue chip, bisa akumulasi pembelian bertahap, terutama saham bank," terang Ekky.

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Ahmad Iqbal Suyudi mengamati ada potensi rebound jangka pendek. Indikasi ini didorong oleh valuasi IHSG maupun sejumlah saham big cap sudah cukup murah, sehingga bisa kembali menarik investor asing untuk kembali masuk dalam jangka pendek.

Di sisi lain, Iqbal melihat harga beberapa emiten yang telah melaporkan kinerja keuangan full year 2024 sudah cenderung priced-in. Sebagai pilihan investasi, Iqbal juga menjagokan saham big bank yang secara valuasi sudah cukup murah dibandingkan historis satu tahun terakhir.

Ahmad menyematkan rekomendasi buy pada saham BBCA, BMRI dan BBRI. Untuk saham BBCA, cermati area support Rp 8.675 - Rp 8.725 dan resistance di Rp 8.975 - Rp 9.025. Support Rp 4.550 dan resistance Rp 5.200 untuk BMRI. Sedangkan support BBRI ada di Rp 3.500 dan resistance pada Rp 3.750 - Rp 3.800 per saham.

Selanjutnya: Ada Isu Oplosan Pertamax, Ini Perbedaan BBM RON 90 Pertalite dengan RON 92 Pertamax

Menarik Dibaca: Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2025 Kota Palembang dan Sekitarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×