Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komoditas nikel menjadi salah satu komoditas yang akan bersinar tahun ini. Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya menilai, seharusnya harga nikel akan relatif bullish tahun ini.
Proyeksi ini melihat stok nikel global yang masih terus menurun, dari sekitar 260.000 ton di tahun 2021 menjadi di kisaran 97.000 ton.
Selain itu, dengan adanya potensi pungutan pajak ekspor nikel yang diberlakukan oleh Pemerintah Indonesia, maka harga nikel berpotensi terus meningkat. Hal ini seiring dengan cost yang akan semakin tinggi dari sisi pembeli, dan juga jumlah ekspor NPI dan feronikel Indonesia yang diharapkan dapat menurun.
Dalam risetnya tertanggal 19 Januari 2022, Analis MNC Sekuritas Aqil Triyadi menilai, nikel menjadi salah satu komoditas yang paling menjanjikan dalam jangka panjang.
Baca Juga: Kinerja Diproyeksikan Lebih Solid, Analis Rekomendasikan Beli Saham ANTM
Aqil mengatakan, permintaan nikel akan cukup solid, disebabkan oleh sejumlah faktor. Pertama, produksi baja nirkarat (stainless steel) berbasis nikel di China menurun 20,7% secara year-on-year (YoY) pada Oktober 2021.
Kedua, meningkatnya permintaan dan berkurangnya pasokan nikel akibat pembatasan produksi listrik dalam neraca pembayaran atau balance of payment (BOP) China.
Ketiga, industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dalam negeri yang diharapkan menjadi katalis jangka panjang dengan target mengembangkan rantai pasokan baterai EV hingga 140 GWh.
MNC Sekuritas memperkirakan sentimen ini akan berlanjut sepanjang 2022 – 2023. Bloomberg sendiri memperkirakan harga nikel di pengujung tahun ini berada pada level US$ 19.875 per ton.
Baca Juga: Produk Feronikel Aneka Tambang (ANTM) Dinilai Memiliki Prospek Menarik
Meski pemerintah berencana menerapkan pajak ekspor nikel, Timothy menilai wacana ini tidak berdampak pada kinerja PT Vale Indonesia Tbk. Sebab, emiten dengan kode saham INCO ini memiliki produk nikel dengan kadar tinggi.
Adapun tahun ini Timothy memproyeksi produksi nikel matte INCO akan cenderung konservatif. Proyeksi dia, produksi INCO bakal tidak jauh dari tahun lalu. Panin Sekuritas sendiri mengestimasikan angka produksi nikel matte INCO ada di sekitar 62.000 ton.
Proyeksi ini dengan melihat pembangunan ulang tanur (furnace) 4 baru rampung pada bulan Mei 2022. “Seharusnya produksi akan kembali normal di level 70.000-an setelah maintenance selesai,” terang Timothy kepada Kontan.co.id, Kamis (10/2).
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Rela Mengurangi Keuntungan Demi Penggunaan Energi Bersih
Timothy merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 6.100. Sedangkan Aqil menyematkan rating overweight di sektor tambang logam.
INCO menjadi salah satu saham pilihan atau top picks MNC Sekuritas di sektor ini. Sebab, INCO dinilai akan mendapatkan keuntungan dari peningkatan permintaan nikel. Aqil menyematkan rekomendasi beli INCO dengan target harga Rp 5.800.
Sementara itu, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga menjadi top picks MNC Sekuritas di sektor ini. Aqil merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.100.
ANTM dipilih karena kinerjanya per Sembilan bulan 2021 telah melampaui estimasi MNC Sekuritas, yakni sebesar 91% . Kinerja ANTM juga berpotensi tumbuh di masa depan, didorong oleh peningkatan permintaan nikel untuk industri baterai untuk EV.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News