Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) diproyeksi lebih stabil sejalan dengan fokus pada pengembangan produk hilir. Volume produksi INKP akan meningkat sejalan dengan harga jual yang lebih stabil di tahun ini.
Analis RHB Sekuritas Wendy Chandra meyakini bahwa kinerja INKP tetap positif karena telah mengurangi ketergantungan besar pada pertumbuhan harga pulp dan beralih fokus ke produk hilir. Peralihan ini akan memberikan harga yang lebih stabil dan pertumbuhan berkat peningkatan volume.
‘’Kami mempertahankan prospek positif pada INKP karena mereka mengalihkan fokusnya dari ketergantungan yang besar pada pertumbuhan harga pulp ke produk hilir, memberikan harga yang lebih stabil dan pertumbuhan yang didorong oleh peningkatan volume,’’ ungkap Wendy dalam riset 15 Januari 2025.
Untuk diketahui, manajemen INKP mengharapkan pabrik kertas cokelat barunya dengan kapasitas 0,9 MTPA akan mulai beroperasi pada bulan April 2025, diikuti oleh pabrik kertas putih dengan kapasitas 1,5 MTPA pada bulan Juni 2025.
Baca Juga: IHSG Anjlok Hari Ini (3/2), Simak Proyeksi untuk Perdagangan Selasa (4/2)
INKP berencana untuk mengekspor 80% dari total output pabrik baru ke China, Filipina, dan negara-negara Eropa. Emiten grup Sinarmas ini juga akan menambah produk hilir dari proyek baru tersebut misalnya cangkir kertas dan kemasan makanan.
Selain itu, lanjut Wendy, harga kertas dan kemasan diproyeksi lebih baik menyusul penghentian produksi Shandong Chenming sebesar 5 juta ton kertas dan kemasan yang akan membatasi pasokan global. Peningkatan harga kertas ini merupakan kabar baik untuk produsen kertas seperti INKP.
Penghentian produksi kertas dan kemasan sekitar 5 juta ton Shandong Chenming karena kerugian operasional sebesar US$ 29,6 juta pada tahun 2023 dan US$ 8,6 juta pada hingga September 2024. Selain itu, beban bunga yang besar sekitar US$ 230 juta - US$ 240 juta dapat menyebabkan kerugian bersih.
RHB Sekuritas memandang, runtuhnya bisnis Shandong Chenming ini menunjukkan bahwa integrasi produksi pulp dan kertas di Tiongkok akan menyebabkan operasi yang tidak efisien. Profitabilitas pun bisa lebih rendah karena mesin harus terus berjalan, meskipun permintaan lebih lambat.
Alhasil, harga pulp sebagai bahan baku kertas kemungkinan akan meningkat selama jangka pendek hingga menengah karena musim dan penghentian produksi Shandong Chenming. Hingga November 2024, pengiriman pulp BHK naik 3,3% MoM dan 0,5% YoY yang terutama didorong oleh Tiongkok karena Tahun Baru Imlek.
Di samping itu, China mengimpor pulp Bleached Hardwood Kraf (BHK) sebesar US$ 583 per ton (-7,5% MoM) yang mengakibatkan selisih dengan harga ekspor sebesar US$ 262 per ton (20,6% MoM) pada November 2024.
‘’Kami memperkirakan harga pulp akan membaik pada Januari 2025 karena selisih harga ekspor kertas Tiongkok yang juga didukung oleh penghentian produksi Shandong Chenming yang telah membatasi pasokan pasar,’’ ujar Wendy.
RBH Sekuritas memperkirakan harga BHK di kuartal I-2025 akan mencapai US$ 560 per ton, sementara harga angkutan barang ekspor Indonesia akan mencapai US$ 520 - US$ 540 per ton.
Akan tetapi, perlu dicatat bahwa peningkatan harga akan tercermin pada pendapatan INKP di kuartal kedua karena jeda waktu antara pemesanan dan pengiriman.
Selain itu, perlu diketahui bahwa dalam lima tahun ke depan akan ada fasilitas pulp sekitar 4,5 juta ton lainnya yang dibangun di China untuk integrasi pabrik kertas dan kemasan guna mencari lebih banyak keuntungan. Hal ini berpotensi mengurangi permintaan pulp di pasar.
Secara keseluruhan, Wendy mempertahankan rekomendasi beli untuk INKP dengan target harga sebesar Rp 13.625 per saham. Risiko yang perlu diwaspadai adalah melemahnya ekonomi China, volatilitas mata uang asing, suku bunga yang lebih tinggi, dan peraturan yang tidak menguntungkan.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana, menganalisis pergerakan teknikal saham INKP saat ini masih cenderung konsolidasi, meskipun didominasi oleh volume pembelian selama dua hari ini. Dari sisi indikator, MACD masih bergerak ke area positif dengan stochastic yang relatif sideways di area netral-nya.
Herditya menyarankan buy on weakness INKP dengan target harga akan menguji terlebih dahulu di level Rp 7.325 per saham. Posisi support dan resistance INKP saat ini di area Rp 6.375 dan Rp 6.900 per saham.
Selanjutnya: Profil Barbie Hsu, Bintang Meteor Garden yang Meninggal Akibat Pneumonia dan Flu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News