Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten consumer dinilai tahan banting dan bakal terpapar angin segar dari momentum ramadan-lebaran. Namun saham sektor consumer non-cyclicals maupun consumer cyclicals kompak terbanting pada awal April ini.
Dalam sepekan, saham barang konsumen primer yang tercermin dari IDX consumer non-cyclicals ambles 2,72%. Membawa indeks saham defensif ini berbalik minus 0,67% sejak awal tahun 2023 atau year to date (YTD).
Sedangkan IDX consumer cyclicals yang menggambarkan harga saham sektor barang konsumen non-primer turun 0,35% dalam sepekan. Mengakumulasi pelemahan 3,70% secara YTD.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, mengamati saham sektor consumer cyclicals maupun non-cyclicals terhempas, sejalan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga sedang melandai.
Baca Juga: IHSG Naik Tipis 0,09% ke Level 6.833 di Penghujung Perdagangan Selasa (4/4)
Pelaku pasar juga mencerna rilis laporan keuangan emiten consumer tahun buku 2022. Meski terjadi akselerasi konsumsi domestik, kinerja sejumlah emiten pada tahun lalu terganjal oleh sederet kendala terkait makro ekonomi.
Meliputi lonjakan harga bahan baku, inflasi dari sisi produsen dan konsumen, kenaikan suku bunga, serta pelemahan nilai tukar rupiah. Faktor inflasi memberikan dampak negatif bagi emiten barang konsumen non-primer, terutama dengan pangsa pasar menengah ke bawah.
Sedangkan depresiasi nilai tukar rupiah dan lonjakan harga komoditas pangan tahun lalu membuat Cost of Goods Sold (COGS) dan total expense membengkak.
"Sehingga menekan kinerja bottom line emiten di sektor barang konsumen primer," kata Ratih kepada Kontan.co.id, Minggu (9/4).
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto menyoroti faktor pemberat yang membuat indeks saham barang konsumen primer berbalik melemah. Di antaranya terseret pelemahan saham pakan ternak (poultry) dan beberapa saham yang sudah jenuh beli.
Baca Juga: Didorong Minat Investor, Penghimpunan Dana di Pasar Modal Masih Tinggi
Contohnya saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), dan PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI) yang pada tahun lalu sudah melejit tinggi.
"Jadi saya melihat pelemahannya masih wajar jika didominasi oleh saham-saham yang kena efek jenuh beli saja," terang William.
Prospek Kinerja dan Rekomendasi
Secara bisnis, Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim, optimistis momentum ramadan-lebaran bakal menjadi katalis positif. Secara historis, permintaan domestik akan naik yang mengangkat kinerja penjualan emiten barang konsumsi.
Ratih menambahkan, momentum ini juga akan mendongkrak Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), yang mencerminkan penguatan konsumsi masyarakat. Ditambah dengan mobilitas yang sudah kembali normal.
Selain itu, daya beli masyarakat turut ditopang oleh angka inflasi yang masih terkendali. Kebijakan suku bunga juga diperkirakan akan lebih kondusif, seiring juga dengan menguatnya nilai tukar rupiah yang kembali di bawah Rp 15.000 per dolar AS.
"Kemudian penurunan harga komoditas pangan global juga menjadi booster bagi kinerja keuangan emiten di sektor barang konsumen pada tahun 2023," terang Ratih.
Dus, Ratih pun menilai saham emiten consumer masih menjadi pilihan yang menarik. Apalagi dengan tambahan katalis positif dari multiplier effect menjelang Pemilu dan Pilpres awal tahun 2024.
Baca Juga: Performa Indeks IDX Growth 30 Ungguli IHSG, Saham Big Caps Jadi Penopang
Ratih untuk saat ini menjagokan saham PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). CMRY bisa dikoleksi pada area Rp 4.700 dengan target harga Rp 4.880 dan cutloss jika menembus support Rp 4.550.
MAPI juga bisa dibeli pada posisi harga saat ini, Rp 1.415 dengan target harga Rp 1.520 dan cutloss jika menembus level Rp 1.340. Sedangkan Lukman merekomendasikan saham barang konsumen primer.
Pelaku pasar layak mencermati saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Target harga masing-masing berada di level Rp 7.000 dan Rp 2.950.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,32% ke Level 6.827 pada Penutupan Perdagangan Senin (3/4)
Sementara itu, William menyarankan buy on weakness saham emiten poultry dan kelapa sawit. Yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News