kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rasio kas Sritex (SRIL) mengkhawatirkan, analis sarankan divestasi untuk bayar utang


Jumat, 23 April 2021 / 07:45 WIB
Rasio kas Sritex (SRIL) mengkhawatirkan, analis sarankan divestasi untuk bayar utang


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tekstil dan garmen terintegrasi PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) tengah berjibaku untuk menyelesaikan utang-utangnya. Sebagaimana diketahui, emiten dengan kode saham SRIL ini masih dalam proses restrukturisasi pinjaman sindikasi US$ 350 juta yang jatuh tempo pada Januari 2022.

Di tengah proses restrukturisasi itu, sejumlah lembaga pemeringkat internasional memangkas rating Sritex dengan alasan peningkatan ketidakpastian dan risiko likuiditas. Bahkan, Sritex maupun perusahaan afiliasi dan sepengendalinya juga terus menerus terkena gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Negeri Semarang. 

Menilik laporan keuangan Sritex per akhir Desember 2020, kemampuan Sritex untuk membayar utang jangka pendek dengan kas yang tersedia memang mengkhawatirkan. Hal itu terlihat dari kas setara kas Sritex yang hanya berjumlah US$ 187,64 juta, sedangkan utang jangka pendeknya mencapai US$ 398,35 juta.

Jumlah tersebut menunjukkan rasio kas (cash ratio) sebesar 47% atau 0,47 kali. "Rasio kas yang bagus di atas 100%. Di bawah itu kurang aman karena kemampuan untuk bayar utang jangka pendek tidak terpenuhi kalau di bawah 100%," ujar analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (22/4).

Baca Juga: Perusahaan afiliasi Sritex kembali terkena gugatan PKPU di PN Semarang

Pada tahun 2020, Sritex memang mencatatkan penambahan utang jangka pendek yang signifikan, yakni hingga 118,2% year on year (yoy), dari US$ 182,54 juta pada 2019 menjadi US$ 398,35 juta. Peningkatan itu seiring dengan bertambahnya utang bank jangka pendek Sritex hingga 310,6% yoy menjadi US$ 277,51 juta dari sebelumnya US$ 67,59 juta,

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, sejak awal, jumlah utang Sritex memang berisiko karena memiliki debt to equity ratio (DER) sebesar 3 kali. Akan tetapi, meskipun memiliki utang yang besar, mayoritas kewajiban tersebut bersifat jangka panjang. 

Baca Juga: Bos Sritex (SRIL) Iwan Lukminto Digugat PKPU oleh Bank QNB, Ini Penyebabnya




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×