kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Raih lebih dari US$ 1,3 miliar lewat pra-IPO, bagaimana prospek IPO GoTo?


Jumat, 12 November 2021 / 07:05 WIB
Raih lebih dari US$ 1,3 miliar lewat pra-IPO, bagaimana prospek IPO GoTo?


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Group Gojek dan Tokopedia (GoTo) bakal memperkokoh ekosistem bisnisnya. Pada Kamis (11/11), GoTo mengumumkan penutupan pertama penggalangan dana pra-IPO, dengan berhasil meraih lebih dari US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 18,5 triliun dengan kurs Rp 14.200 per dollar Amerika Serikat.

Peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia Taufiq Nur melihat, suntikan dana lewat pra-IPO akan membuat valuasi GoTo semakin besar sebelum benar-benar melantai di bursa saham melalui Initial Public Offering (IPO). Dengan begitu, valuasi GoTo akan semakin besar saat ditawarkan ke pasar.

Selain itu, masuknya investasi dari pra-IPO, bakal semakin menyehatkan posisi laporan keuangan GoTo.

"Artinya perusahaan punya engine yang lebih besar untuk mengorkestrasi sumber daya dari investasi yang masuk ini agar kinerja GoTo semakin baik. Dari sisi strategi investasi, saya melihat GoTo memanfaatkan momentum untuk bisa meningkatkan kinerja grup," terang Taufiq saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (11/11).

Menurut Taufiq, Group GoTo masih perlu menjawab isu setelah melakukan integrasi. Konsolidasi internal mesti menjadi prioritas manajemen GoTo sebelum mengembangkan bisnis lainnya.

Baca Juga: GoTo raih dana US$ 1,3 miliar pada penutupan pertama penggalangan dana pra-IPO

"Dana dari IPO tentunya dapat dimanfaatkan untuk membangun internal capability yang bisa membuat perusahaan lebih lincah ke depan," sambung Taufig.

Dihubungi terpisah, Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin melihat bisnis GoTo bakal lebih ekspansif dengan suntikan dana segar. Group GoTo akan semakin memperkuat ekosistem bisnisnya dari sisi logistik, marketplace, hingga ke payment maupun financial technology (fintech).

Doni menyebut, IPO menjadi sebuah keharusan bagi GoTo. Pasalnya, salah satu tujuan konsolidasi Gojek dan Tokopedia ditujukan untuk melantai di bursa saham.

"Jadi, IPO itu is a must mereka lakukan sebagai bagian dari strategi merger. Konsolidasi keduanya kan menghasilkan GMV (Gross Merchandise Value) yang tinggi sebagai nilai jual ke calon investor, di samping kematangan ekosistem yang dimiliki," sebut Doni.

IPO akan membuat transparansi kinerja GoTo dan membuka peluang investor ritel untuk masuk. Doni memprediksi, momentum IPO GoTo bukan di sisa tahun ini, melainkan pada tahun depan. Dia pun meyakini, IPO GoTo akan diminati pasar.

Minimal, nilai IPO GoTo akan mengalahkan salah satu unicorn Indonesia yang telah lebih dulu mencatatkan diri di bursa saham, yakni Bukalapak.

"Tapi bagi pemain investasi jangka pendek harus waspada, pelajaran Bukalapak harus diingat dalam investasi di startup," ujar Doni.

Menurut Pengamat Pasar Modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat, IPO Bukalapak memang akan menjadi acuan (benchmarks) bagi aksi IPO perusahaan rintisan berbasis digital lainnya. GoTo dinilai perlu kembali mencari momentum pasar yang tepat dalam menggelar IPO.

Teguh menilai, idealnya IPO GoTo digelar tak jauh dari IPO Bukalapak. Pasalnya, saat IPO, Bukalapak berani mengambil risiko. Namun masuk di momentum pasar yang tepat.

Baca Juga: GoTo raup lebih dari Rp18,5 triliun di penutupan PraIPO tahap satu,ini investornya

Pada Agustus lalu, kasus covid-19 kembali melonjak, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih rendah dan kepercayaan investor terhadap saham-saham "tradisional" atau bluechip juga sedang menurun. Akibatnya, investor cenderung pindah ke perusahaan berbasis teknologi, termasuk digital.

"Kemarin Bukalapak timing-nya tepat, ketika saham-saham bluechip nggak begitu laku, jadi duit investor masuk ke IPO BUKA. Kalau sekarang agak terlambat, kondisi pasar lebih baik, IHSG naik, dan orang-orang banyak yang balik lagi ke saham bluechip," terang Teguh.

Dia menyebut, Bukalapak menjadi pintu pembuka bagi IPO atau aksi korporasi jumbo. Sebut saja, rights issue BRI serta rencana IPO Mitratel, perusahaan menara telekomunikasi Group Telkom. Saat ini, GoTo pun dinilai sedang mencermati momentum dan antusias pasar.

Jika IPO jumbo Mitratel pada periode akhir tahun ini sukses menghimpun dana dari publik, Teguh menaksir tak lama dari itu, GoTo pun akan menggelar IPO.

"Jadi kan begitu Bukalapak sukses (IPO jumbo), menyusul BRI juga sukses. Nanti kata kuncinya Mitratel. Kalau Mitratel sukses, GoTo akan menyusul tidak lama kemudian," imbuhnya.

Pra-IPO lebih dari US$ 1,3 miliar

GoTo mengumumkan penutupan pertama penggalangan dana pra-IPO, dengan berhasil meraih lebih dari US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 18,5 triliun dengan kurs Rp 14.200 per dollar Amerika Serikat.

Ada sejumlah investor yang terlibat dalam aksi ini, termasuk dari anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), Avanda Investment Management, Fidelity International, Google, Permodalan Nasional Berhad (PNB), Primavera Capital Group, SeaTown Master Fund, Temasek, Tencent, dan Ward Ferry.

Dalam keterangan tertulis yang disiarkan Kamis (11/11), manajemen GoTo menyebut bahwa dana yang terkumpul akan memungkinkan GoTo untuk berinvestasi lebih jauh dalam mengembangkan ekosistemnya, memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar di kawasan, dan melayani pelanggan dengan lebih baik.

Baca Juga: Gojek dan Tokopedia gugat balik Terbit Financial atas sengketa merek GoTo

Langkah ini juga termasuk fokus yang berkelanjutan pada menumbuhkan jumlah pelanggan, perluasan jasa pembayaran dan penawaran layanan keuangan, serta mendorong pemanfaatan armada transportasi dan jaringan logistik yang terintegrasi untuk lebih meningkatkan pengalaman hyperlocal.

 “Permintaan konsumen terdorong oleh pertumbuhan adopsi digital yang telah membawa banyak pengguna masuk ke ranah online. Akibatnya, permintaan akan layanan kami terus meningkat, dilandasi dengan komitmen kami untuk terus memberikan pilihan, nilai, serta kenyamanan kepada seluruh pelanggan di ekosistem kami,” ungkap CEO Grup GoTo Andre Soelistyo.

Saat ditanya lebih lanjut mengenai progres dari rencana IPO, Corporate Affairs GoTo Nila Marita belum memberikan konfirmasi dan penjelasan lebih detail.

"IPO menjadi salah satu strategi kami untuk  mendukung pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan. Yang dapat kami pastikan adalah GoTo akan selalu mematuhi seluruh regulasi yang berlaku dalam menjalankan tiap aksi korporasi," katanya saat dihubungi Kontan.co.id.

Sebagai informasi, Gojek dan Tokopedia berkombinasi untuk membentuk GoTo pada bulan Mei 2021, dan sejak itu sudah tercipta banyak sinergi di antara merek Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial.

Layanan GoTo mencakup transportasi on-demand, e-commerce, pengiriman makanan dan bahan makanan, logistik dan pemenuhan, serta layanan keuangan dan pembayaran.

Grup GoTo mencatat lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020, dengan total Nilai Transaksi Bruto (“GTV”) Grup lebih dari US$22 miliar, dan berkontribusi ke ekonomi setara dengan lebih dari 2% PDB Indonesia.

Selanjutnya: Anggaran Multifinance untuk Digital Terus Meningkat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×