Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - BANGKA. PT Timah Tbk (TINS) ingin mengerek pendapatan dari sektor non-timah. Meski saat ini pendapatan non-timah masih minim, TINS berharap ke depan segmen ini terus berkembang.
Sekretaris Perusahaan TINS Amin Haris Sugiarto menyatakan, pihaknya memanfaatkan aset non-timah untuk meningkatkan nilai produktivitas. TINS memanfaatkan aset yang dulu menjadi unit kerja.
TINS juga memompa bisnis anak usaha di sektor jasa rumahsakit. Saat ini kontribusi bisnis ini masih sangat kecil. "Tahun ini kami ingin memacu mereka untuk berkontribusi," kata Amin kepada KONTAN, Kamis (8/2).
Mengacu laporan keuangan TINS kuartal III-2017, pendapatan TINS berasal dari penjualan logam timah dan tin solder, tin chemical, jasa rumahsakit, jasa galangan kapal dan jasa lain-lain. Pendapatan dari sektor timah menyumbang 97,35%. Sedangkan pendapatan sektor non-timah sebesar 2,65%.
Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan, TINS memiliki beberapa lini bisnis. Misalnya bisnis rumahsakit, properti residensial, dok dan perkapalan, serta bisnis utama timah. Hingga kini, bisnis berbasis timah masih jadi andalan TINS.
Dalam jangka panjang, TINS berharap pendapatan dari sektor non-timah bisa naik. "Untuk seimbang, masih panjang. Sebenarnya fokus kami selama 10 tahun ke depan masih timah," ungkap Amin.
Sebagai salah satu komoditas dunia, harga timah mengacu London Metal Exchange (LME). Pergerakan harga timah ditentukan pasokan dan permintaan. Tahun ini, harga timah sempat menyentuh level tertinggi. Pada Jumat (2/2), harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,61% ke US$ 21.530 per metrik ton. Bahkan, harganya sempat menyentuh level tertinggi sejak 2014 silam, yakni di posisi US$ 21.925 per metrik ton.
Tahun ini, TINS mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure Rp 2,65 triliun. Anggaran ini untuk investasi induk perusahaan Rp 2,23 triliun. Sedangkan investasi untuk anak usaha mencapai Rp 422 miliar. Harga TINS kemarin menurun 0,50% menjadi Rp 1.005 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News