Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna menggenjot penjualan tahun ini, PT Timah Tbk (TINS) akan meningkatkan produktivitas produksi dari tambang-tambang timah milik perusahaan. Tahun ini, produsen timah pelat merah ini membidik produksi sebanyak 35.500 ton bijih timah.
Pada tahun lalu, emiten ini menargetkan produksi 35.000 ton bijih timah. Performa TINS didukung peningkatan kinerja operasional dan kinerja finansial. Untuk kinerja operasional pada semester I-2017, TINS mampu mencatatkan peningkatan produksi bijih timah sebesar 16.078 ton atau naik 76,52% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sejumlah 9.108 ton.
Sebelumnya, TINS juga berhasil mencatatkan kinerja yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan masuknya TINS dalam 10 besar produsen timah olahan terbaik tahun 2017 versi Industrial Technology Research Institute (ITRI). Prestasi ini diukur dari hasil tonase produksi timah.
TINS menempati peringkat kedua, dengan jumlah produksi 30.200 ton timah pada 2017. Pencapaian ini naik 27,1% dari hasil produksi tahun 2016 sebesar 23.756 ton. Sedangkan peringkat pertama, masih diduduki oleh Yunnan Tin asal China. Perusahaan ini memproduksi 74.500 ton. Meski masih yang tertinggi, sejatinya produksi Yunnan menurun 2% dibandingkan tahun 2016 yang tercatat 76.000 ton.
Amin Haris Sugiarto, Sekretaris Perusahaan TINS menyatakan, tahun ini, TINS membidik produksi 35.500 ton bijih timah. Hal ini dilakukan lewat pembukaan tambang darat baru di Belitung, lalu penambangan di tambang laut daerah Kepulauan Riau. “Di samping penemuan cadangan baru di Bangka Belitung,” terang Amin, Kamis (1/2).
Selain itu, TINS juga berekspansi dengan membangun pabrik di Nigeria. Hal ini menyusul ditandatanganinya perjanjian joint venture (JV) bersama perusahaan asal Nigeria, Topwide Ventures Limited. Porsi kepemilikan joint venture tersebut sebesar 50%:50%. Meski demikian, saat ini produksi timah belum bisa dihasilkan dari pabrik tersebut.
Kerja sama tersebut, ke depan akan mengoptimalkan areal konsesi pertambangan seluas 16.000 hektar (ha) dan ditargetkan di tahap awal memiliki kapasitas produksi hingga 5.000 Mton ingot per tahun. Dari ekspansi ini, bisa menyokong produksi timah perusahaan. “Awal 2019, insya Allah kami targetkan sudah mulai (aktif),” imbuh Amin.
Tahun ini, TINS menganggarkan belanja modal atau capital expenditure 2018 sebesar Rp 2,65 triliun. Anggaran ini dialokasikan untuk investasi induk perusahaan sebesar Rp 2,23 triliun. Sedangkan investasi untuk anak perusahaan sebesar Rp 422 miliar.
Investasi pada induk perusahaan, terbagi untuk anggaran pembesaran kapasitas sebesar Rp 994 miliar, rekondisi dan replacement sebesar Rp 575 miliar, sarana umum dan revitalisasi aset sebesar Rp 329 miliar, sarana pendukung sebesar Rp 222 miliar, dan pengembangan usaha sebesar Rp 107 miliar.
Sedangkan untuk anak perusahaan, anggaran tersebut terbagi untuk PT Rumah Sakit Bakti Timah sebesar Rp 156 miliar, PT Timah Investasi Mineral sebesar Rp 95,8 miliar, PT Dok dan Perkapalan Air Kantung Rp 88 miliar, PT Timah Industri Rp 74 miliar, dan PT Timah Karya Persada Properti Rp 7,5 miliar.
Direktur Utama TINS, Riza Pahlevi Tabrani menyatakan pihaknya membuka peluang kerja sama dengan Nigeria. Pasalnya, bentuk cadangan timah di negara tersebut sama dengan di Indonesia. “Jadi teknologi sudah dipahami dan diharapkan bisa menambah ekspansi cadangan,” kata Riza di Gedung DPR, belum lama ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News