Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia alias Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX) berencana meluncurkan kontrak berjangka atau futures contract produk timah. IDXC menargetkan kontrak ini dapat terbit pada Maret 2018.
Sekretaris Perusahaan TINS Amin Haris menyebut, pihaknya tidak dalam posisi mendukung peluncuran kontrak berjangka tersebut. Alasannya, orang yang masuk ke bursa bukan orang yang membutuhkan barang berupa timah.
“Tetapi orang yang punya uang. Jadi yang diperdagangkan adalah kertas berharga bukan logamnya,” kata Amin kepada Kontan.co.id, Minggu (4/2).
Dia menambahkan, produk logam timah dipakai oleh konsumen sebagai bahan proses. Sehingga diperlukan proses percepatan ekspor logam. “Tidak semua pembeli membutuhkan logam masuk PLB,” kata Amin.
TINS merupakan produsen timah kedua terbesar dunia. Berdasarkan data Industrial Technology Research Institute (ITRI), TINS menempati peringkat kedua, dengan jumlah produksi 30.200 ton timah pada 2017. Pencapaian ini naik 27,1% dari hasil produksi tahun 2016 sebesar 23.756 ton. Sedangkan peringkat pertama, masih diduduki oleh Yunnan Tin asal China. Perusahaan ini memproduksi 74.500 ton.
Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, TINS berperan sebagai penyedia timah. Dengan adanya peluncuran future, dia menilai tidak berdampak banyak. “Karena TINS hanya menyediakan timah secara kontrak,” kata Bertoni, Minggu (4/2).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News