kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.702.000   23.000   1,37%
  • USD/IDR 16.449   -41,00   -0,25%
  • IDX 6.636   90,29   1,38%
  • KOMPAS100 947   12,45   1,33%
  • LQ45 744   11,92   1,63%
  • ISSI 207   2,96   1,45%
  • IDX30 388   6,35   1,67%
  • IDXHIDIV20 465   4,97   1,08%
  • IDX80 108   1,48   1,40%
  • IDXV30 110   0,28   0,26%
  • IDXQ30 127   1,93   1,54%

Proyeksi IHSG Usai Turun Peringkat, Masih Bisa ke Level 7.000 Hingga Akhir Tahun?


Selasa, 11 Maret 2025 / 18:24 WIB
Proyeksi IHSG Usai Turun Peringkat, Masih Bisa ke Level 7.000 Hingga Akhir Tahun?
Pekerja melintas di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (10/3/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang mencerminkan kinerja pasar modal domestik, masih menunjukkan tren pelemahan.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham Indonesia terus menghadapi tekanan berat sejak awal tahun 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang mencerminkan kinerja pasar modal domestik, masih menunjukkan tren pelemahan.

Pada perdagangan Selasa (11/3), IHSG turun 0,79% ke level 6.545,85. Secara tahun berjalan, indeks ini telah terkoreksi 7,54%, dengan aksi jual bersih investor asing atau net foreign sell mencapai Rp 23,19 triliun di seluruh pasar.

Pukulan terhadap IHSG juga makin telak usai penurunan peringkat saham Indonesia yang dilakukan oleh dua perusahaan investasi global ternama.

Kondisi tersebut mencerminkan meningkatnya kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi serta arah kebijakan pemerintah yang berpotensi memengaruhi kinerja pasar modal.

Baca Juga: Dibayangi Tekanan Jual, IHSG Hari Ini Berpeluang Koreksi Lagi

Terbaru, Goldman Sachs Group Inc menjadi salah satu bank investasi yang memangkas peringkat investasi Indonesia, khususnya untuk aset saham dan surat utang, akibat meningkatnya risiko fiskal dari berbagai kebijakan Presiden Prabowo Subianto.

Goldman Sachs menurunkan rekomendasi atas saham Indonesia dari overweight menjadi market weight.

Analis Goldman Sachs juga menyoroti lemahnya pertumbuhan laba korporasi serta ketatnya likuiditas perbankan sebagai faktor tambahan yang membebani pasar. Kekhawatiran ini sejalan dengan pandangan JP Morgan Indonesia yang sebelumnya mengungkapkan hal serupa.

Selain itu, Morgan Stanley turut memangkas peringkat saham-saham dalam indeks MSCI Indonesia dari equal-weight (EW) menjadi underweight. Keputusan ini didasarkan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi yang melambat serta tekanan terhadap profitabilitas emiten di sektor siklikal.

Arah Pasar Saham Sulit Diprediksi

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan prospek pasar saham ke depan masih sulit diprediksi, mengingat rendahnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi. 

Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) juga tetap bertahan di level tinggi, meskipun BI mengambil langkah berani pada Januari lalu. Namun, kebijakan di bulan Februari masih menunjukkan keraguan.

Baca Juga: IHSG Diramal Bergerak Mixed Menanti Data Cadangan Devisa

"Saat ini yang perlu didorong adalah menjaga stabilitas ekonomi di dalam negeri, mendorong daya beli masyarakat, serta melakukan berbagai kebijakan yang juga pro pasar," kata Rully kepada Kontan, Selasa (11/3).

Selain itu, penurunan peringkat pasar saham Indonesia oleh institusi asing mencerminkan ekspektasi yang melemah dibandingkan dengan negara lain, sehingga berpotensi menghambat pertumbuhan signifikan IHSG dalam waktu dekat.

Rully memperkirakan volatilitas pasar masih akan tinggi, dengan level IHSG terendah tahun ini yang kemungkinan sudah tercapai di kisaran 6.300. Dalam jangka pendek hingga menengah, IHSG diperkirakan bergerak di rentang 6.500-7.000.

"Saya rasa IHSG enggak akan turun di bawah level 6.000. Sepertinya kita sudah menyentuh level terendahnya tahun ini di sekitar 6.300-an," tambah Rully.

Mirae Asset merekomendasikan saham defensif, seperti sektor perbankan, dengan pengecualian bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tengah mengalami aksi jual oleh investor asing, serta sektor consumer retail yang masih menarik untuk diperhatikan.

Baca Juga: Cek Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Jumat (7/3)

Di samping itu, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menilai bahwa penurunan peringkat pasar saham Indonesia akan berdampak signifikan, terutama di mata investor institusi asing.

"Investor institusi terutama asing akan menurunkan bobot persentase saham-saham Indonesia di dalam portofolio mereka," ucap Budi kepada Kontan, Selasa (11/3).

Dalam situasi ini, saham yang berpotensi menarik perhatian adalah yang menawarkan dividen besar, memiliki pertumbuhan laba per saham (EPS) yang solid, serta saham-saham yang dijaga oleh pemegang saham pengendali (PSP) sebagai market maker.

Menurut Budi, level 7.000 untuk IHSG masih realistis untuk dicapai hingga tutup akhir tahun.

Selanjutnya: Periode Ramadan, PLN Indonesia Power Siapkan Pasokan Lebih dari 19,5 Gigawatt

Menarik Dibaca: Didominasi Cuaca Berawan, Ini Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (12/3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×