Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah mata uang komoditas kompak menguat mengungguli dolar Amerika Serikat (AS) selama sepekan. Penguatan ini disokong oleh keterpurukan mata uang negara adidaya tersebut.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (27/5) pukul 17.00 WIB, dolar Selandia Baru (NZD) melemah 0,68% secara harian dan meningkat 0,55% dalam sepekan ke 1,6782 per dolar AS. Dolar Australia (AUD) turun 0,58% secara harian dan naik 0,37% dalam sepekan ke 1,5508 per dolar AS.
Sementara itu, dolar Kanada (CAD) juga terpantau turun 0,18% dalam sehari dan naik 1,10% dalam sepekan ke 1,3762 per dolar AS.
Adapun indeks dolar AS telah turun 0,74% dalam sepekan sebelum kembali menguat 0,45% dalam sehari ke level 99,37. Meski begitu, angka ini terpantau mendekati level terendah dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Rebound Teknikal Dukung Penguatan Dolar AS
Research and Development ICDX Taufan Dimas Hareva memandang, pelemahan pada dolar AS dalam beberapa pekan terakhir sedikit banyak dibebani kekhawatiran pasar terhadap defisit fiskal AS yang diperkirakan semakin melebar dan prospek penurunan suku bunga acuan Federal Reserve ( The Fed) di akhir tahun 2025.
Disamping itu, sentimen risk on di pasar global akibat meredanya ketegangan dagang antara AS dan Uni Eropa juga mendorong permintaan pada mata uang komoditas yang cenderung sensitive terhadap prospek perdagangan global.
Senin (26/5), AUD sempat tertekan sendiri diantara kedua mata uang komoditas lainnya. Hal ini disokong oleh peningkatan ekspektasi Reserve Bank of Australia (RBA) akan kembali memangkas suku bunga ditengah prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat.
“Memang secara keseluruhan sentimen global masih mendukung mata uang komoditas,” kata Taufan kepada Kontan.co.id, Selasa (27/5).
Menurut Taufan, prospek ketiga mata uang komoditas ini akan sangat bergantung pada perkembangan lanjutan data ekonomi global dan arah kebijakan moneter dari bank sentral masing-masing negara. “Untuk AUD misalnya, pasar akan fokus pada arah kebijakan RBA, terutama terkait potensi penurunan suku bunga lanjutan,” jelas Taufan.
Sementara NZD, pasar akan mencermati langkah Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) serta dinamika harga produk pertanian global. Sedangkan CAD akan sensitif terhadap pergerakan harga minyak mentah dan keputusan Bank of Canada (BoC).
“Secara historis, CAD cenderung lebih stabil karena hubungannya yang erat dengan pasar energi global. Sementara AUD dan NZD juga menarik karena sensitivitasnya terhadap perdagangan global, tetapi volatilitasnya bisa lebih tinggi,” kata Taufan.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,23% ke Rp 16.287 per Dolar AS pada Selasa (27/5)
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menambahkan, prospek mata uang komoditas ke depan masih bergantung pada perkembangan seputar tarif dan kebijakan ekonomi China sebagai konsumen komoditas utama.
Menurut Lukman, keputusan People’s Bank of China (PBoC) untuk memangkas suku bunga acuan dari 3,1% menjadi 3,0% juga turut menyokong permintaan mata uang komoditas.
“Jika perkembangan tarif dan kesepakatan membuahkan hasil yang positif, maka kemungkinan ketiganya akan menguat. AUD akan bergerak dikisaran 0,6800 - 0,7000 per dolar AS, CAD dikisaran 1,3100 - 1,3400 per dolar AS, dan NZD bergerak dikisaran 0,6100 - 0,6300 per dolar AS,” prediksi Lukman.
Selanjutnya: Mitrabara Adiperdana (MBAP) Gencar Diversifikasi, Cek Prospeknya & Rekomendasi Analis
Menarik Dibaca: Tren Ubin Terakota Gaya Barat Daya ala Joanna Gaines yang Cocok untuk Ruang Kecil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News