Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek mata uang komoditas diperkirakan masih akan tertekan. Pelemahan harga komoditas dan ketidakpastian ekonomi global menjadi sentimennya.
Berdasarkan Trading Economics, Jumat (6/12) kinerja mata uang komoditas tertekan cukup dalam. Pairing AUDUSD turun 0,97% dalam satu hari perdagangan ke 0,63900 sehingga mengakumulasi pelemahan 1,86% dalam sepekan.
Pasangan NZDUSD juga turun 0,71% ke 0,58305 sehingga mengakumulasi pelemahan 1,51% sepekan. USDCAD tercatat naik 0,97% ke 1,41585, mendorong penguatan 1,1% dalam sepekan.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong menilai prospek mata uang komoditas akan tertekan. Sebab, harga komoditas juga diperkirakan mengalami penurunan.
"Perekonomian China yang mengecewakan masih akan menghadapi tantangan tarif Trump, yang apabila tereskalasi hingga perang dagang dunia akan sangat menekan harga komoditas," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (8/12).
Baca Juga: Prospek Komoditas: Emas Diprediksi Masih Jadi Primadona di 2025
Di sisi lain, paparan harga komoditas terhadap NZD dinilai akan lebih ringan. Sebab, komoditas dari New Zealand merupakan soft comodity.
"Namun senitmen negatif itu tetap akan meluas secara umum," sambungnya.
Research and Development ICDX Taufan Dimas Hareva melanjutkan, CAD yang akan merasakan efek penurunan harga komoditas terhadap mata uangnya. Sebab, Kanada mengirimkan sekitar 75% ekspornya ke Amerika Serikat (AS), termasuk minyak dan mobil.
"Selain itu, harga minyak yang lemah menjelang pertemuan OPEC+ dan kekhawatiran melambatnya permintaan, terutama China dapat melemahkan Loonie yang terkait dengan komoditas," sebutnya.
Di sisi lain, tekanan pada mata uang komoditas juga diakibatkan kondisi perekonomian masing-masing negara. Misalnya CAD, yang mana jika Trump menindaklanjuti ancamannya maka hal itu akan berdampak pada perekonomian kedua negara dan bank sentral akan memasukkan hal tersebut ke dalam perkiraan ekonominya.
Lalu AUD yang tertekan akibat pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan, dengan GDP Australia hanya tumbuh 0,3% secara kuartalan pada kuartal III 2024, di bawah ekspektasi 0,4%. Pertumbuhan tahunan juga melambat ke 0,8%, jauh di bawah proyeksi 1%.
Baca Juga: Dipengaruhi Pelemahan Rupiah, Ini Perbedaan Laju Harga Emas Spot dan Emas Antam
Data tersebut memicu spekulasi bahwa Reserve Bank of Australia (RBA) dapat memangkas suku bunga lebih awal pada April 2025.
"Meski begitu, jajak pendapat Reuters menunjukkan RBA diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di 4,35% dalam pertemuan mendatang, dengan pemangkasan suku bunga baru mungkin terjadi pada kuartal II 2025," terangnya.
Untuk NZD, Gubernur Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) Adrian Orr mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran moneter lebih lanjut dalam waktu dekat. Pernyataan dovish dari pembuat kebijakan RBNZ dan data ekonomi domestik yang kurang baik melemahkan Kiwi.
Secara teknikal, Taufan melihat support terdekat AUD di 0,6390 dan resistance di 0,6480. Lalu NZD support dan resistance terdekat di 0,5840 dan 0.5910. Kemudian support resistance terdekat untuk CAD di 1,4000 dan 1,4085.
Lukman melanjutkan, untuk saat ini juga belum ada katalis yang dapat mendongkrak kinerja mata uang komoditas. Dus, tekanan diproyeksikan berlanjut hingga tahun depan dengan target harga AUD di 0,58-0,6; NZD 0,51-0,53; dan CAD 1,46-1,48.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News