Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek mata uang komoditas pada 2025 diprediksi kurang baik, akibat sentimen perang dagang dan potensi penurunan permintaan komoditas global.
Berdasarkan data Trading Economics, mata uang komoditas menunjukkan pergerakan positif dalam sepekan dan sebulan terakhir.
Misalnya, AUD/USD naik 0,95% dalam sepekan dan 0,60% dalam sebulan.
Sementara itu, NZD/USD menguat 0,17% dalam sepekan dan 0,26% dalam sebulan.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.341 Per Dolar AS Hari Ini, Baht Koreksi Terdalam
USDCAD turun 0,87% dalam sepekan dan 0,10% dalam sebulan, yang menunjukkan penguatan dolar Kanada terhadap dolar AS.
Research & Development Trijaya Pratama Futures, Alwi Assegaf menjelaskan bahwa penguatan ini terjadi akibat koreksi pada dolar Amerika Serikat (AS).
Hal ini terjadi setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa Presiden AS, Donald Trump, menginginkan imbal hasil US Treasury 10 tahun yang lebih rendah.
"Koreksi dolar AS menyebabkan penguatan mayoritas mata uang utama, termasuk mata uang komoditas," ujar Alwi kepada Kontan.co.id, Kamis (6/2).
Lebih lanjut, Alwi menilai prospek dolar Australia (AUD) bergantung pada kondisi ekonomi China yang masih menghadapi ketidakpastian akibat perang dagang dengan AS.
Baca Juga: Rupiah Sempat ke Rp 8.170 Per Dolar AS di Google pada Sabtu (1/2), Ini Kata Pengamat
Sementara itu, dolar Kanada (CAD) berisiko terkena dampak dari kebijakan tarif yang berpotensi diterapkan oleh Trump.
"Jika perang dagang terus berlanjut, permintaan terhadap komoditas bisa berkurang, yang pada akhirnya akan menekan mata uang komoditas," jelasnya.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, turut mengamini bahwa prospek mata uang komoditas tahun ini masih lesu.
Menurutnya, kebijakan Trump yang kontroversial dan sulit diprediksi menjadi faktor yang membebani perekonomian global serta harga komoditas.
Baca Juga: Rupiah Berbalik Melemah ke Rp 16.341 Per Dolar AS pada Hari Ini (6/2)
"Faktor global, terutama dari AS dan China, bisa memberikan tekanan sekaligus peluang. Kanada, Australia, dan Selandia Baru adalah negara berbasis komoditas, tetapi dengan fokus yang berbeda. Kanada mengandalkan bahan bakar, Australia pada batu bara dan bijih besi, sementara Selandia Baru lebih banyak pada komoditas pertanian," papar Lukman.
Menurutnya, CAD menjadi mata uang komoditas yang menarik karena Kanada merupakan negara pertama yang sempat dikenakan tarif oleh Trump sebelum akhirnya ditunda.
Namun, jika tarif tersebut diberlakukan secara permanen, CAD bisa mengalami tekanan besar, dengan nilai tukar diperkirakan mencapai 1,50 terhadap USD pada akhir tahun.
Sementara itu, mata uang komoditas lainnya yang belum masuk dalam radar kebijakan tarif Trump, seperti AUD dan NZD, juga diprediksi mengalami tekanan.
AUD diperkirakan bergerak di kisaran 0,55-0,58, sementara NZD berada di rentang 0,51-0,53.
Alwi juga memperkirakan target harga mata uang komoditas pada akhir 2025, dengan AUD di 0,55, CAD di 1,49, dan NZD di 0,50 terhadap USD.
Selanjutnya: Maspion Kembangkan Usaha Lewat Transformasi Digital
Menarik Dibaca: Maspion Kembangkan Usaha Lewat Transformasi Digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News