Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) masih cukup tertekan. Meski begitu, prospeknya tetap dipandang positif seiring dengan performa BRIS yang masih kuat.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga BRIS berada di 2.540 per lembar pada Rabu (12/3). Secara harian saham BRIS naik 1,2%, tetapi menilik pada satu bulan terakhir harganya masih terkoreksi 15,33%.
Analis Maybank Sekuritas, Faiq Asad berpandangan bahwa tertekannya harga BRIS akibat sentimen terhadap Indonesia secara global masih penuh ketidakpastian. "Sehingga menyebabkan aliran dana asing masih keluar," ujarnya kepada KONTAN.CO.ID, Rabu (12/3).
Baca Juga: BSI: Pertumbuhan Pembiayaan Digital dengan Baki Debet Capai Rp 2,7 Triliun pada 2024
Dari data BEI, sebulan terakhir asing mencatatkan nilai jual sebesar Rp 866,9 miliar di seluruh pasar.
Walau begitu, operasional BRIS diperkirakan tetap solid sehingga prospek bank syariah terbesar di Indonesia ini tetap positif. Terlebih dengan berbagai sumber pertumbuhan, seperti bisnis emas, perkembangan industri syariah, dan daya saing yang sudah setara dengan bank konvensional.
Faiq juga menerangkan dalam risetnya bersama Jeffrosenberg Chenlim, pada Januari 2025 BRIS mencatatkan laba bersih sebesar Rp 590 miliar atau tumbuh 15% secara tahunan (year on year/yoy). Peningkatan laba bersih didukung oleh pembiayaan dan pendapatan berbasis komisi yang lebih tinggi.
Baca Juga: Saham BSI Turun 4,01% Saat Resmi Jadi Bank Emas Syariah Pertama di Indonesia
Net Interest Margin (NIM) BRIS juga dinilai stabil di 5,1% didukung basis pendanaan yang lebih murah. Walaupun memang, NIM alami penurunan sebesar 14 basis poin (bps) yoy seiring ketatnya likuiditas.
"Selain itu, pendapatan berbasis komisi (fee-based income) tumbuh 30,5% karena operasi bancassurance, tresuri dan gadai emas terus menunjukkan kinerja yang baik," terangnya.
Untuk operasional, Maybank Sekuritas menilai ruang pertumbuhan BRIS tetap terbuka seiring pembiayaan tumbuh secara berkelanjutan sebesar 17% YoY di Januari 2025. Pertumbuhan itu juga melampaui industri yang tumbuh sebesar 10,2% yoy.
Faiq memperkirakan pembiayaan akan didorong oleh pembiayaan konsumen, terutama pembiayaan gaji dan emas. "Dengan fokus pada dua segmen ini, kami percaya bahwa risiko penurunan kualitas kredit akan terbatas, sehingga biaya kredit akan tetap stabil sepanjang tahun," terangnya.
Apalagi, BRIS secara resmi menjadi bank emas sehingga dapat memperluas ekosistem bisnis emasnya lebih jauh dengan membuka layanan perdagangan emas dan tabungan emas. Ia meyakini bahwa perdagangan emas akan menjadi pelengkap bagi pendapatan berbasis komisi (fee based income), sementara tabungan emas akan mendukung pertumbuhan deposito di masa depan.
Selain itu, lanjut Faiq, rasio pembiayaan terhadap simpanan tetap sehat di 87%, didukung oleh pertumbuhan simpanan yang memadai sebesar 11% YoY. Alhasil, hal tersebut dipandang memberikan ruang yang cukup untuk pertumbuhan BRIS di masa depan.
Faiq memperkirakan laba bersih BRIS tetap bertumbuh di 2025 ini sekitar 20% yoy. Tepatnya diperkirakan sebesar Rp 8,77 triliun atau tumbuh 25,28% yoy. Sehingga laba bersih per saham diperkirakan menjadi Rp 190 atau tumbuh 25,3%.
Alhasil, Faiq menilai saham BRIS tetap menarik. "Katalis yang dapat membantu harga BRIS diperkirakan lebih kepada perbaikan sisi makro," tegasnya.
Ia pun mempertahankan rating buy BRIS dengan target harga Rp 3.600.
Baca Juga: Strategi Bank Syariah Indonesia (BRIS) untuk Perkuat Kualitas Dana Pihak Ketiga
Selanjutnya: 6 Manfaat Kolagen untuk Rambut, Cegah Uban hingga Rambut Rontok
Menarik Dibaca: 6 Manfaat Kolagen untuk Rambut, Cegah Uban hingga Rambut Rontok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News