Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas yang tinggi dan peningkatan produksi dinilai dapat redam dampak rencana peningkatan tarif royalti. Dus, prospek kinerja PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dinilai tetap tumbuh positif di 2025.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer berpandangan rencana kenaikan tarif royalti emas dan perak dapat berdampak pada margin keuntungan BRMS. Sebab, beban operasional berpotensi meningkat sehingga menggerus profitabilitas.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana menaikkan tarif royalti komoditas mineral dan batubara (minerba) sebagai bagian dari revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2022 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku di lingkungan Kementerian ESDM.
Baca Juga: Bumi Resources Minerals (BRMS) Fokus Garap Tambang Bawah Tanah
Hanya saja, dengan harga emas yang masih berada di level tinggi, dampak negatif dari kenaikan royalti dapat diminimalkan. "Terutama jika BRMS mampu mengoptimalkan produksi dan efisiensi operasional," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (11/3).
Mifta menilai ekspansi melalui pabrik CIL3 di Citra Palu Minerals (CPM) menjadi katalis utama bagi pertumbuhan produksi emas BRMS, yang diperkirakan akan meningkat signifikan di tahun ini.
Peningkatan produksi ini dapat membantu mempertahankan pertumbuhan pendapatan dan laba, meskipun terdapat potensi kenaikan biaya akibat kebijakan baru pemerintah.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila juga berpandangan serupa. Kenaikan royalti akan memberikan efek yang cukup signifikan terhadap margin BRMS.
Dalam hitungannya, dengan asumsi ada kenaikan tarif royalti emas menjadi 5% saja maka margin bisa tergerus hingga 80%. Hal ini melihat kontribusi dari segmen emas terhadap total pendapatan BRMS yang menyumbang 98%.
Baca Juga: Garap Tambang Bawah Tanah, Bumi Resources Minerals (BRMS) Gandeng Macmahon Indonesia
Memang, lanjutnya, saat ini harga emas bertahan di level harga yang tinggi. "Namun, BRMS juga tetap menghadapi risiko fluktuasi harga dan kondisi regulasi komoditas," sebutnya.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty menilai BRMS mampu mengimbangi peningkatan tarif royalti, terutama setelah beroperasinya pabrik CIL3 di CPM. Pada tahun 2025, BRMS menargetkan produksi emas mencapai 75.000 ons troi.
Terlebih dia juga melihat permintaan emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global turut memperkuat prospek ini," tegasnya.
Secara keseluruhan, analis tetap melihat positif prospek BRMS di tahun 2025. Faktor utama masih mencakup pergerakan harga emas global, efektivitas ekspansi operasional BRMS, serta kebijakan pemerintah terkait industri tambang.
"Selain peningkatan produksi emas, diversifikasi ke logam dasar seperti seng dan perak juga menjadi katalis pertumbuhan," sambung Arinda.
Baca Juga: Bumi Resources Minerals (BRMS) Dongkrak Produksi Emas Jadi 75.000 Ons Troi pada 2025
Dari pergerakan saham, Mifta melihat harga BRMS cukup terapresiasi kendati saat ini masih cenderung sideways. Namun, dengan prospek saat ini maka peluang peningkatan harga cukup terbuka.
Alhasil, Mifta merekomendasikan buy on weakness BRMS dengan target harga Rp 400. Adapun Indy merekomendasikan trading buy dengan target harga Rp 428. Lalu Arinda merekomendasikan buy dengan target harga Rp 450.
Selanjutnya: Dolar Keok di Hadapan Mata Uang Utama, Imbas Tarif Impor Donald Trump
Menarik Dibaca: Ini Tips Liburan Hemat Saat Lebaran ala Tiket.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News