Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Elnusa Tbk (ELSA) mencetak kinerja solid hingga kuartal ketiga 2024. Ekspansi margin di segmen hilir melatarbelakangi pertumbuhan kinerja emiten pelat merah ini.
Analis Sinarmas Sekuritas Inav Haria Chandra memaparkan, ELSA mencatat penurunan laba bersih 58% QoQ dan 31% YoY menjadi Rp 108 miliar di kuartal ketiga 2024, yang utamanya karena kerugian valuta asing (valas). Namun apabila tidak termasuk efek valuta asing, laba inti ELSA bisa mencapai Rp 153 miliar, lebih tinggi dari ekspektasi Rp 126 miliar.
Dari sisi operasional, margin laba kotor ELSA turun sedikit menjadi 10,1%, tetapi masih jauh di atas proyeksi sebesar 8,6%. Hasil ini didorong oleh margin yang lebih tinggi dari yang diharapkan dalam transportasi hilir, peningkatan utilisasi aset dalam pengeboran dan intervensi sumur, serta pemulihan dalam layanan dukungan migas.
Dengan hasil tersebut, maka laba bersih ELSA mencapai Rp 551 miliar yang bertumbuh 35% YoY selama periode Januari–September 2024. Selain itu, margin laba bersih alias Net Profit Margin (NPM) meningkat menjadi 5,7% dari sebelumnya 4,5%.
Baca Juga: Eksplorasi Migas Domestik Jadi Katalis Positif Bagi Elnusa (ELSA)
Dari sisi pendapatan konsolidasian, Elnusa membukukan Rp 9,6 triliun hingga 30 September 2024, atau naik 7% dibandingkan Rp 8,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan tersebut dikontribusikan dari Segmen Distribusi & Logistik Energi sebesar 50%, diikuti oleh Jasa Hulu Migas sebesar 39%, dan Jasa Penunjang sebesar 11%.
Inav menyoroti, segmen hilir ELSA terus bersinar dengan adanya ekspansi margin. Dimana, PT Elnusa Petrofin (EPN) mencatatkan pertumbuhan laba kotor solid, meskipun laba bersih tetap datar karena pajak yang lebih tinggi di triwulan ketiga. Margin laba kotor (GPM) Elnusa naik menjadi 9,9% berkat beberapa kontrak transportasi baru yang menerapkan skema All in Plus, meskipun terjadi penurunan volume transportasi.
Selain itu, peningkatan 68% qoq dalam volume perdagangan bahan bakar menjadi 34,1 KL menunjukkan masalah pasokan yang teratasi di subsegmen industri dan kelautan. Hingga September 2024, ELSA telah menjual 87,1 KL bahan bakar, dengan sekitar 54% dari produk campuran B35 EPN.
Inav mengantisipasi, ekspansi margin ELSA masih akan berlanjut karena produk campuran B35 yang diurusi oleh anak usahanya yakni EPN sendiri mulai bergairah. Dengan FAME yang merupakan bahan baku utama dalam produksi biodiesel kuota pasokan terjamin sebesar 22 KL per Agustus, maka EPN berada di jalur yang tepat untuk memproduksi 60 KL bahan bakar B35 pada kuartal IV-2024.
Baca Juga: Emiten Migas Catat Kinerja Positif di Kuartal III-2024, Cek Rekomendasi Analis
Sehingga, kemungkinan EPN akan memenuhi target volume perdagangan bahan bakarnya untuk sisa tahun ini. Asumsi tersebut mendorong perkiraan laba bersih EPN sebesar Rp 402 miliar untuk 2024, yang menandai peningkatan 25% YoY.
Di segmen hulu, Inav mencermati adanya pukulan sementara karena momentum pemulihan sudah dekat. Misalnya dari segi profitabilitas, GPM menurun hingga 7,1% per akhir kuartal ketiga, namun hal ini kemungkinan mencerminkan biaya awal untuk proyek seismik baru yang diluncurkan pada bulan Juli (3D Lisaman, 3D Petronas, dan 3D Medco).
Sebagai gambaran, biaya pra-operasional yang serupa berdampak negatif pada margin kuartal IV-2023, namun mulai terjadi peningkatan pada kuartal I-2024 seiring pendapatan meningkat. Layanan pengeboran, perbaikan, dan intervensi sumur juga menunjukkan pemanfaatan aset yang menjanjikan, yang diyakini akan mendukung perluasan margin pada kuartal terakhir tahun ini.
‘’Jika pola historis ini berlanjut, kita akan melihat kenaikan pada kuartal keempat, setelah proyek-proyek ELSA mulai menghasilkan pendapatan,’’ sebut Inav dalam riset 11 November 2024.
Baca Juga: Mayoritas Kinerja Emiten Migas Naik pada Kuartal III-2024, Cek Rekomendasi Sahamnya
Inav menyebutkan, setelah paruh pertama tahun ini yang lesu, layanan minyak dan gas ELSA membukukan pemulihan yang solid, dengan laba bersih melonjak 233% QoQ dan -5% YoY pada kuartal ketiga 2024. Produktivitas meningkat di jasa penunjang kegiatan maritim (Elnusa Trans Samudera), dan beberapa proyek yang tertunda terutama dari Sigma Cipta Utama.
Peningkatan aktivitas layanan migas ELSA tersebut mendorong Sinarmas Sekuritas untuk merevisi perkiraan laba bersih tahun 2024 untuk segmen ini menjadi Rp 61 miliar. Proyeksi ini masih turun 43% YoY, tetapi jauh lebih baik dari ekspektasi sebelumnya.
Secara keseluruhan, Inav merevisi naik laba bersih ELSA bakal meningkat 6% dan 4% masing-masing pada tahun 2024 dan 2025 menjadi Rp 704 miliar dan Rp 700 miliar. Meskipun mencerminkan kuartal yang sulit, Sinarmas Sekuritas masih melihat cerita yang menarik dari operasi ELSA bakal jauh lebih menggembirakan.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai, perlu diwaspadai efek kemenangan Donald Trump bagi prospek kinerja ELSA. Hal itu karena harga komoditas minyak mentah dan nilai tukar rupiah berpotensi melemah di bawah kepemimpinan Trump.
Baca Juga: Kinerja Keuangan Emiten Migas Masih Ngegas
Nafan menjelaskan, komitmen Donald Trump untuk meredakan konflik geopolitik terutama di Timur Tengah dapat menyebabkan harga minyak dunia turun karena kendala pasokan berkurang. Di sisi lain, nilai tukar rupiah dapat melemah seiring kebijakan Trump yang biasanya mendukung dolar AS.
Namun demikian, peluang kenaikan bagi ELSA juga tetap terbuka. Jika tensi geopolitik ternyata masih panas disertai dengan pembatasan produksi negara pengekspor minyak mentah dan sekutu (OPEC+), maka dapat menjadi katalis positif untuk ELSA ke depan.
Adapun biasanya kenaikan harga minyak mendorong peningkatan aktivitas eksplorasi dan produksi oleh klien ELSA, yang pada gilirannya bisa berdampak pada kenaikan harga jasa dan penyewaan alat migas emiten pelat merah tersebut.
Baca Juga: Saham Pelat Merah Bisa Kembali Merekah
‘’Kenaikan harga minyak akan positif bagi kinerja ELSA, kalau misalnya tahun depan mulai terjadi implementasi pembatasan produksi, disertai geopolitikal tensi yang masih belum reda,’’ kata Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (14/11).
Selain itu, Nafan menyoroti bahwa komitmen pemerintah untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi energi akan berkolerasi positif untuk ELSA. Apalagi, portofolio bisnis Elnusa bakal semakin luas dengan adanya rencana merger bersama PT Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI).
Hanya saja, Nafan memandang prrospek ELSA masih akan bergerak turun (downtrend), sehingga lebih baik untuk hold pada target harga Rp 424 per saham. Sedangkan, Inav optimistis terhadap ELSA dengan rekomendasi buy pada target harga Rp 650 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News