Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Penantian PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) terhadap proses restrukturisasi internal PT Mitratama Perkasa (PTMP) yang akan didivestasikan kepada Long Haul akan berakhir tahun ini. Perseroan ini pun menargetkan proses itu akan selesai pada Maret 2015 mendatang.
Presiden Direktur ITMA Vincent Nangoi beberapa waktu lalu menyatakan, molornya target transaksi ini dikarenakan adanya beberapa kondisi yang harus dipenuhi. Antara lain, menunggu regulasi terkait dan penyelesaian restrukrisasi beberapa aset PTMP yang masih memerlukan persetujuan para kreditur.
"Saat ini prosesnya sedang berjalan dan pihak telah menyetujui untuk memperpanjang jangka waktu sampai dengan 31 Maret 2015," jelasnya. Adapun rencana awalnya, transaksi ini akan teralisasi pada 30 Juni 2014 lalu.
Sekedar informasi, ITMA membeli 30% saham Mitratama di harga US$ 1 pada 2012. Kemudian perseroan menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat untuk menjual saham PTMP kepada unit usaha Bakrie, Long Haul senilai US$ 116 juta.
Yang menarik untuk dicermati dalam transaksi ini. Berdasarkan catatan KONTAN, Long Haul akan menjadi penghubung alias broker dari transaksi penjualan saham PTMP. Pasalnya, dalam rencana transaksi penjualan tersebut, ITMA akan merealisasikan keuntungan dimuka dari nilai saham PTMP. Kemudian, akan mendistribusikan hasilnya sebagai dividen kepada pemegang saham perseroan.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam di bidang pertambangan, saat ini ITMA belum memiliki konsesi tambang sendiri dan hanya mempunyai investasi di PTMP. Vincent juga mengatakan di tahun ini perusahaannya tengah mengevaluasi kesempatan untuk melakukan diversifikasi bisnis di bidang kelistrikan. Namun, saat ini perusahaannya masih mengevaluasi kesempatan di bisnis tersebut. "Kami harus mengikuti proses di PLN untuk masuk di investasi sektor listrik," paparnya.
Awalnya, perseroan merencanakan berpartisipasi dalam kegiatan perdagangan batubara. Namun, melihat keadaan global di pasar komoditas yang menurun dan kondisi oversupply membuat kegiatan perdagangan komoditas mempunyai tingkat resiko yang tinggi.
Untuk merealisasikannya, Vincent bilang perusahaannya saat ini menargetkan industri yang membutuhkan konsumsi energi yang besar. Karena, nantinya ITMA dapat menawarkan keahlian teknis dalam menganalisa ketahanan enegeri dan konservasi energi potensial.
"Selain itu, ITMA juga tengah mengkaji studi kelayakan untuk menyiapkan tenaga biomassa berskala kecil berbasis proyek energi yang ada di Indonesia," tambahnya.
Tak hanya itu, di tahun ini juga banyak kegiatan korporasi yang dilakukan perseroan. Salah satunya, ITMA akan melakukan stock split alias memecah nilai nominal saham. Dalam informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Perseroan akan memecah nilai nominal saham dengan rasio 1:20.
Rencana itu dilakukan, untuk menambah saham beredar. Memang, ITMA harus segera memenuhi standar BEI yang mewajibkan jumlah free float minimal 7,5%. BEI juga mewajibkan pemilik saham minimal 300 pihak. Adapun jumlah saham publik ITMA sekarang ini hanya 1,83 juta atau 5,39% dari total kepemilikan saham.
Jika menilik laporan keuangan ITMA di kuartal III-2014 maish mencerminkan kinerja yang positif. Dilihat dari pendapatannya yang naik 4,25% year on year (yoy) menjadi US$ 238.750. Laba bersihnya juga mengalami pertumbuhan sebesr 33,33% yoy menjadi US$ 15,62 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News