Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Setelah sempat koreksi dari level tertingginya sejak Juni 2014 pada Selasa (29/9) lalu, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali merangkak naik. Penguatan harga ini didukung beragam katalis positif.
Mengutip Bloomberg, Kamis (1/10) pukul 14.10 WIB harga CPO kontrak pengiriman Desember 2015 di bursa Malaysia Derivative Exchange melesat 1,47% ke level RM 2.410 per metrik ton atau setara US$ 546,79 per metrik ton. Sepanjang pekan terakhir harga sudah melambung 2,90%.
Ariston Tjendra, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menuturkan pelemahan ringgit Malaysia yang berbarengan dengan dugaan menurunnya produksi CPO Indonesia dan Malaysia di akhir tahun 2015 dan 2016 mendatang jadi pendukung kenaikan harga.
Di saat, pelaku pasar menduga produksi akan mengempis, permintaan dari salah satu konsumen terbesar CPO, India justru diduga akan melambung. “Katalis positif kini menaungi pergerakan harga CPO bisa saja hingga akhir pekan akan tetap menguat,” prediksi Ariston.
Produksi Malaysia tahun 2016 diduga akan turun 1 juta ton hanya menjadi 19 juta ton. Sedangkan produksi Indonesia di tahun 2015 ini diduga mencapai 33 juta ton bisa turun 30% menjadi hanya 23,1 juta ton.
Faktor penurunan produksi ini dengan mempertimbangkan ancaman El-Nino yang diduga seburuk tahun 1997-1998 silam. “Sebabnya diprediksi kekeringan ini bisa terus terjadi hingga awal tahun depan,” tambah Ariston.
Kekeringan yang melanda ini membuat India harus menggenjot permintaan CPO. Impor CPO India menurut dugaan Paul Bloemendal, Commercial Director Ruchi Soya Industries akan naik menjadi 9,5 juta – 10 juta ton mulai 1 November 2015 mendatang.
Prediksi permintaan yang tinggi ini juga didukung oleh keputusan Indonesia untuk tetap mempertahankan pajak ekspornya US$ 0 per ton. Sehingga bisa semakin menggenjot permintaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News