Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) tetap optimistis terhadap prospek pasar reksadana Tanah Air sepanjang 2020 meski industri reksadana turun 13,5% hingga Mei 2020. Total dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana nasional sudah merosot ke kisaran Rp 507 triliun.
Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Alvin Pattisahusiwa menjelaskan, penurunan industri reksadana nasional saat ini sebagian besar karena merosotnya dana kelolaan reksadana saham hingga 28% (ytd) ke level Rp 104 triliun. "Penurunan reksadana saham dipicu turunnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan LQ45 yang menjadi aset dasar dari reksadana saham pada umumnya," kata Alvin, Rabu (10/6).
Di sisi lain, rata-rata produk reksadana lainnya juga turut menurun meski tidak tidak sebesar penurunan reksadana saham. Secara nasional, AUM reksadana pasar uang melorot 10% ytd.
Baca Juga: Hanya Rp 10.000, lender KoinWorks bisa berinvestasi di Mandiri Manajemen Investasi
Menariknya, Alvin mengungkapkan untuk produk reksadana pasar uang milik MMI masih mencatatkan kenaikan sebanyak 22% ytd, sekaligus jadi penopang pertumbuhan AUM MMI sepanjang 2020 di tengah situasi pandemi. Dibandingkan tahun lalu, reksadana pasar uang MMI berhasil tumbuh sekitar 66%.
Alvin memastikan, bahwa sampai saat ini pihaknya belum merevisi target AUM 2020, atau masih sesuai target awal yakni di Rp 66 triliun. Biasanya revisi dilakukan pada pertengahan tahun atau akhir Juni.
"Tapi dengan melihat situasi, kami mungkin harus cukup berhati-hati dengan target AUM tersebut, most likely kami akan bisa turunkan targetnya ataupun kami naikkan, karena situasinya belum terlalu pulih," papar Alvin.
Baca Juga: Mandiri Investasi kantongi Rp 1,4 triliun dari reksadana terproteksi hingga Maret
Target dana kelolaan bisa bertambah bila situasi Covid-19 tidak berlangsung lama. Melihat dari negara lain, Alvin berharap ekonomi Indonesia bisa bangkit kembali seiring dilonggarkannya PSBB. Bahkan, perbaikan sudah mulai tercermin dengan kembalinya IHSG, membaiknya indeks obligasi hingga, kondisi nilai tukar rupiah yang cenderung positif dalam beberapa pekan terakhir.
Direktur MMI Endang Astharanti mengungkapkan di sisa 2020 pihaknya masih memiliki beberapa rencana penerbitan produk baru, terutama reksadana terproteksi. Tahun ini, sekitar Rp 4 triliun produk reksadana terproteksi MMI sudah jatuh tempo. MMI berencana menerbitkan kembali reksadana terproteksi tahun ini. "Hingga saat ini, kami sudah melakukan replay Rp 1,2 triliun produk reksadana terproteksi dan rencananya kami akan cari Rp 2 triliun lagi," jelas wanita yang akrab disapa Asti tersebut.
Baca Juga: MMI menargetkan tambahan 10.000 user retail baru dari kerjasama dengan KoinWorks
MMI juga tengah mengkaji rencana penerbitan produk KIK EBA Syariah yang semula ditargetkan rilis pada semester I-2020. MMI menimbang untuk menggeser penerbitan ini pada semester II-2020.
MMI berencana menerbitkan produk KIK EBA Syariah dengan menggandeng perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) yakni PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Harapannya, KIK EBA syariah tersebut dapat menjadi instrumen pilihan untuk diversifikasi investasi bagi para investor, baik institusi maupun individual atau retail.
Mandiri Investasi akan melakukan sekuritisasi dengan Jasa Marga dengan aset dasar berupa jalan Tol Jor Ring Selatan. Adapun modal awal berasal dari hasil penjualan tiket beberapa tahun ke depan untuk kemudian dijual ke nasabah.
Baca Juga: Mandiri Manajemen Investasi tak ubah target dana kelolaan 2020 meski ada corona
Selanjutnya, Jasa Marga akan menggunakan dana penerbitan KIK EBA syariah tersebut untuk pembangunan-pembangunan atau pembiayaan lainnya. Astharanti juga mengklaim bahwa produk KIK EBA Syariah itu nantinya akan jadi yang pertama di Indonesia, yang fatwanya sudah keluar sejak 2018.
Adapun alasan MMI memilih untuk merilis produk KIK EBA syariah yakni, untuk memperluas lagi pasar syariah. Untuk produk yang lain, MMI masih akan meninjau permintaan dari investor. "Trigger kami untuk launching selain inovasi, juga melihat demand investor dan akan kami consider apakah itu reksadana pasar uang dalam bentuk dolar AS atau fixed income dalam bentuk dollar AS," tandas Asti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News