Reporter: Michelle Clysia Sabandar | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah kembali tertekan. Persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang meningkat menjadi 10,9 juta barel per hari membuat harga minyak menyusut.
Mengutip Bloomberg, Kamis (16/8) hingga pukul 18.32 WIB, harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman September 2018 di New York Mercantile Exchange (Nymex) sebesar US$ 64,99 per barel. Dibandingkan, kemarin, harga minyak melemah 0,03%.
Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, pelemahan harga minyak lantaran pasokan minyak AS yang semakin meningkat. "Dengan kondisi saat ini, bisa saja, produksi minyak di AS menyentuh level 11 juta barel per hari," katanya.
Sekedar tahu saja, sumur-sumur minyak aktif di AS juga bertambah. Sebelumnya ada 859 sumur minyak yang aktif dan sekarang menjadi 869 sumur minyak yang aktif.
Produksi minyak mentah AS yang semakin bertambah kian menekan harga minyak. Apalagi pasar saat ini tengah khawatir dengan prospek pertumbuhan ekonomi global karena perang dagang AS-China yang masih belum menemukan titik temu.
Namun Deddy mengatakan, ada kemungkinan harga minyak rebound. Ini kalau negosiasi dagang AS dengan China mancapai kata sepakat. Akhir bulan ini, China akan mengirimkan salah satu perwakilannya ke AS untuk membahas permasalahan perang dagang.
Kalau hubungan dagang AS-China kembali cair, kemungkinan permintaan minyak akan meningkat dan mengerek harga minyak dunia. Perang dagang sangat berpengaruh terhadap permintaan minyak mentah secara global.
Secara teknikal saat ini harga minyak di bawah MA 50 dan 100, namun masih di atas MA 200. Artinya harga minyak dalam jangka panjang masih berpotensi melemah. MACD di area negatif, berpotensi melemah. RSI di area 34, berpotensi melemah dan Stochastic di area 15, oversold berpeluang rebound.
Deddy memproyeksikan harga minyak di kisaran US$ 65,80 -US$ 64,00 per barel, besok. Sepekan ke depan, ia meramalkan, harga minyak berada di kisaran US$ 66,40 - US$ 63,50 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News