Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Lelang surat utang negara (SUN) dibanjiri investor. Permintaan yang masuk dalam lelang kali ini mencapai lebih dari empat kali lipat dari target indikatif Rp 8 triliun. Total permintaan pada lelang SUN, Selasa (22/10), mencapai Rp 33,7 triliun.
Meski banyak permintaan, pemerintah hanya menyerap dana Rp 12 triliun dari lima seri surat utang. Permintaan terbesar pada SUN seri FR0071 yang akan menjadi acuan SUN bertenor 15 tahun pada tahun depan, disusul seri FR0070 yang akan menjadi acuan surat utang bertenor 10 tahun.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Fakhrul Aufa mengatakan, kondisi pasar yang membaik seiring meredanya tekanan pasar global mendorong banyaknya permintaan investor dalam lelang ini. Selain itu, investor asing yang sebelumnya melepas obligasi Indonesia juga mulai masuk kembali. "Hal itu terkonfirmasi dengan kenaikan permintaan yang masuk mencapai Rp 33 triliun dari lelang SUN sebelumnya yang mencapai Rp 22,6 triliun," ujar Fakhrul, kemarin.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) menunjukkan, kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) naik menjadi Rp 301,82 triliun pada 18 Oktober 2013. Nominal tersebut merangkak naik dari posisi akhir September lalu Rp 294,14 triliun.
Yield yang diminta oleh investor dalam lelang kali ini juga tidak berbeda terlalu jauh dibandingkan dengan instrumen yang diperdagangkan di pasar sekunder. Fakhrul menghitung, rentang atau spread yield dalam lelang SUN, kemarin, hanya sekitar 1,8 basis poin-9,5 basis poin.
Di sisi lain, kondisi pasar sekunder domestik mengalami koreksi. "Saya memperkirakan investor profit taking di pasar sekunder dan masuk ke lelang SUN," ujar Fakhrul.
Data IBPA menunjukkan, pergerakan harga SUN cenderung naik, kemarin. Harga SUN acuan FR0066 bertenor lima tahun naik menjadi 92,96 dibandingkan hari sebelumnya 92,85. Harga SUN seri FR0063 bertenor 10 tahun pun naik tipis menjadi 89,18 dari sebelumnya 88,60.
Alhasil, imbal hasil (yield) SUN acuan pun berangsur menurun. Ambil contoh, yield seri FR0063 bertenor 10 tahun turun menjadi 7,2% dibandingkan sebelumnya yang sebesar 7,3%. Begitu pula yield SUN acuan seri FR0065 turun menjadi 7,94% dibandingkan sebelumnya sebesar 7,97%.
Fakhrul memprediksi, hingga akhir tahun pasar obligasi akan positif. "Kecuali apabila data ekonomi seperti defisit current account kembali memburuk dan rupiah melemah. Ini bisa menghalangi pasar sampai akhir tahun," ujar dia.
Head of Fixed Income BCA sekuritas Herdi Ranu Wibowo mengatakan, membanjirnya permintaan investor dipicu oleh positifnya kondisi pasar seiring meredanya tren inflasi, defisit current account, serta nilai tukar rupiah. "Faktor-faktor tersebut membuat investor asing mulai masuk lagi ke SUN," ujar Herdi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News